Liputan6.com, Jakarta - Darwis Triadi, fotografer senior Indonesia, naik pitam setelah menyaksikan sendiri aksi-aksi merugikan yang dilakukan turis asing di Bali. Ia pun mengeluarkan uneg-unegnya lewat unggahan di akun Instagram pribadi berisi tulisan panjang penuh amarah pada Minggu, 5 Maret 2023.
Itu merupakan reaksi atas viralnya sejumlah turis asing yang tidak menaati aturan setempat, mulai dari turis asing yang menetap dan bekerja di Bali tanpa surat izin kerja hingga yang mengendarai kendaraan tanpa plat motor sesuai peraturan.
Advertisement
Baca Juga
"Melihat kelakuan para turis asing yang berada di Bali rasanya kepala jadi mendidih, sangat arogan, seenak mereka, ayam berkokok ngamuk, naik motor seenaknya, plat kendaraan ga pake aturan, kerja tanpa surat ijin kerja.. Dan seabreg masalah yang sangat menyebalkan.. Saatnya polri, imigrasi dan instansi terkait bertindak.. Harus disikat."
Darwis mengungkapkan masalah ketidaktertiban turis asing bukan merupakan fenomena baru. "Fenomena seperti ini sebenarnya sudah lama. Saya sering lihat sendiri, dan teman-teman saya juga banyak di Bali, suka cerita masalah ini," ujar Darwis kepada Liputan6.com saat dihubungi Senin (6/3/2023).
Akan tetapi, dengan bantuan media sosial, aksi-aksi tersebut baru dapat disaksikan oleh khalayak ramai. Fotografer yang bekerja di Jakarta ini menceritakan beberapa aksi menyebalkan oleh turis asing di Bali yang pernah dilihatnya atau didengarnya.
Ia sempat mendengar seorang turis asing yang telat membayar losmen, namun ketika ditagih justru marah dan memaki-maki petugas losmen dengan bahasa kasar. Baru-baru ini ramai pula berita seorang turis mengkomplain suara kokok ayam yang dianggapnya berisik, hinga memunculkan adanya petisi mengkomplain suara ayam.
"Itu kalau saya yang punya losmen, saya langsung usir," ujar Darwis dengan tegas.
Aksi Nakal Turis Asing
Sebuah akun Instagram bernama @moscow_cabang_bali akhir-akhir ini menjadi sorotan karena kerap mengunggah aksi nakal para turis asing, yang didominasi oleh warga asal Rusia, di Bali. Akun anonim itu menyebarluaskan pelat-pelat motor yang tidak sesuai dengan nomor polisi, bahkan ada yang menuliskan nama akun Instagramnya.
Akun ini juga mengekspos usaha-usaha para turis asing yang tidak memiliki surat izin kerja, dari mulai pemandu wisata, pelatih selancar, pengusaha rental motor, model hingga fotografer. Ketika diminta pendapatnya mengenai hal tersebut, Darwis mengatakan hal itu “sangat merugikan fotografer lokal”.
Tapi, ia merasa hal ini dapat menjadi pacuan fotografer lokal untuk berani bersaing. "Fotografer setempat harus tetap punya confidence, percaya diri ketika berhadapan dengan saingan-saingan para fotografer asing," ujarnya.
Menurutnya, karya fotografer dalam negeri juga tak kalah hebat, bahkan banyak warga asing yang belajar fotografi di sekolah yang didirikannya, Darwis Triadi School of Photography. Darwis menceritakan beberapa aksi fotografer asing yang menurutnya tidak bisa menyesuaikan adat setempat.
Ia pernah melihat fotografer asing memotret telanjang di tempat sakral di Bali. "Mereka itu semuanya berpendidikan, educated. Pasti tau itu tempat sakral. Tapi orang Bule itu gak ada tata kramanya. Mereka aja belajar tata krama dari kita, kok," ungkap Darwis.
Tak jarang ia juga menemukan para turis asing melakukan syuting video adegan dewasa. Ia amat menyayangkan hal itu terjadi di Pulau Dewata. "Kalau foto untuk fine art nude photography ya gak apa-apa. Saya juga suka beberapa kali nude photography. Tapi bukan untuk video adegan dewasa," jelasnya.
Fotografer yang telah berkecimpung 45 tahun di bidang tersebut juga pernah diresahkan oleh kelakuan turis asing yang pernah memakinya karena berjalan melewati kamera sang fotografer saat sedang memotret. Ia berkata, "Kayak ini negara punya dia, kita yang numpang.” Darwis mendeskripsikan kebanyakan para turis asing di Bali sebagai orang yang 'arogan' dan 'semena-mena'.
Advertisement
Peraturan Perlu Diperketat
Darwis menganggap faktor utama yang menyebabkan para turis asing tidak menaati peraturan di daerah Bali adalah karena peraturan kurang ketat. "Para turis asing itu udah tau karakter orang Indonesia dan celahnya di mana. Mereka bisa mengakali," ujarnya. Ia menambahkan, polisi dan instansi terkait di Bali belum mengimplementasikan peraturan secara tegas.
Hal ini diperparah dengan para masyarakat Bali yang terlalu ramah dan toleran dengan turis asing. "Turis asing itu di Bali seperti didewakan, sementara turis lokal dinomorduakan." Darwis beranggapan masyarakat Bali tidak perlu takut menegur ketika turis asing menyelewengkan aturan.
"Orang bali itu sangat ramah. Tapi jangan sampai mau diinjak-injak juga," ujarnya. Dengan metafora, ia berpendapat bahwa 'kelakuan setan harus dibalas dengan cara setan juga.'
Keramahan pemerintah, polisi, serta masyarakat Bali Darwis kontraskan dengan pengalamannya ketika berkunjung ke luar negeri. Saat ia mengikuti proyek fotografi ke Thailand dan ingin memotret di suatu tempat umum, polisi setempat dengan tegas melarangnya. "Jadinya batal foto-foto di situ, cuma bisa foto-foto di hotel aja," ujarnya.
Ia juga pernah ditahan oleh petugas bandara di Dubai karena membawa alat laser pointer untuk presentasi karena mengandung baterai kecil. Ia sempat ditahan beberapa jam di sel untuk diinterogasi, dan yang membuatnya sangat jengkel adalah laser pointernya yang tidak murah dibanting hingga rusak. Fotografer senior itu harus meminta maaf dan memohon-mohon agar dibebaskan.
Menurutnya, masyarakat Bali tidak perlu menghilangkan keramahannya, tetapi harus tegas kepada turis asing yang melanggar aturan dengan sikap yang lembut. Dalam hal menegakkan profesi fotografer asing di Bali, Darwis mengatakan, "Pemerintah harus bisa membedakan mana fotografer asing yang hanya datang ke Bali memotret seminggu-dua minggu, dengan yang menetap dan bekerja di Bali tanpa izin."
Masyarakat Bali Harus Kompak
Darwis beranggapan bahwa untuk menyelesaikan masalah ini, penegak hukum harus betul-betul memperketat aturan. "Kita gak bisa mengubah karakter turis, tapi aturannya saja yang diperketat." Menurutnya, pengetatan peraturan tidak akan mengurangi kenikmatan liburan di Bali, dan tidak akan mengurangi antusiasme pelancong untuk mendatangi Bali.
"Ngusir lima turis, bisa datang 500 turis lain," ungkapnya. "Saya percaya di masa mendatang, Bali akan lebih bagus lagi, dan itu harus dijaga."
Ia melanjutkan, bahwa masyarakat Bali harus mendukung pemberantasan para turis asing yang melanggar aturan. "Masyarakat Bali harus kompak, bersatu dalam menyelesaikan masalah ini. Kalau datang sendiri-sendiri melapor ke kantor polisi gak akan diproses," tambahnya.
Salah satu cara yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini adalah dengan terus menyebarluaskan informasi ini. "Saya kan bukan pejabat, jadi gak bisa apa-apa. Saya hanya ingin menghimbau, kebetulan banyak yang mendengarkan saya," ujar fotografer itu. Ia merasa senang dengan maraknya pemberitaan mengenai turis asing di Bali yang meresahkan.
Dalam unggahannya di Instagram, Darwis Triadi menge-tag akun instansi terkait di antaranya Divisi Humas Polri, Kementerian Hukum dan HAM Bali, Polda Bali, Divisi Imigrasi Bali, dan menyatakan dukungannya kepada aktivis Ni Luh Djelantik yang kerap membantu memberantas turis asing yang nakal.
Unggahannya pun direspons Polda Bali dengan komentar, "Terima kasih atas informasinya, saat ini Polda Bali sedang melakukan penindakan terhadap kendaraan bernopol tidak sesuai aturan. Salam Presisi."
Advertisement