Profil Sido Muncul, Perusahaan Jamu yang Awalnya Dirintis pada 1930 Sebagai Toko Roti

Sido Muncul yang sekarang dikenal sebagai memproduksi jamu mengawali usaha sebagai pemilik pemerah susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 30 Apr 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2023, 07:00 WIB
sidomuncul-1-131118b.jpg
Sidomuncul merupakan salah satu perusahaan jamu di Indonesia yang didirikan pada 1930.

Liputan6.com, Jakarta - Jamu sebagai obat tradisional dari akar-akaran, daun, rimpang serta tanaman berkhasiat lainnya yang dipercaya masyarakat Indonesia menyehatkan tubuh di era modern sudah hadir dalam bentuk kapsul maupun sachet praktis. Berbicara mengenai jamu di Indonesia tentu juga tak terlepas dari kehadiran Sidomuncul sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi minuman herbal tersebut. 

Mengutip dari laman resmi Sido Muncul, Minggu (30/4/2023), Sido Muncul mengawali usaha sebagai pemilik pemerah susu terbesar bernama Melkrey di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di sinilah titik mula perjalanan usaha pasangan suami istri Siem Thiam Hie dan Rakhmat Sulistio.

Bukan jamu, pada 1930 pasangan ini awalnya merintis toko roti dengan nama Roti Muncul. Di tahun yang sama, Rakhmat Sulistio mulai meracik jamu masuk angin yang sekarang dikenal dengan Tolak Angin. 

Lantaran kemahiran sang istri dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini memutuskan membuka usaha jamu di Yogyakarta pada 1935. Saat itu pada 1940, Tolak Angin dalam bentuk godokan mulai dipasarkan.

Didirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang berarti “Impian yang Terwujud” di Jalan Mlaten Trenggulun, Semarang. Baru kemudian Sido Muncul dibentuk jadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul yang sebelumnya berbentuk CV pada 1970.

Perkembangan pesat mulai terjadi. Sido Muncul membangun pabrik jamu modern dengan luas 30 hektar di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran. Pembangunan pabrik tersebut ditandai peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada 21 Agustus 1997.

Perjalanan Menciptakan Produk Jamu hingga Dapat Sertifikat Halal

Menaker Ingin Industri Jamu Go-Internasional dan Serap Banyak Tenaga Kerja
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri meninjau Pabrik Sidomuncul di Ungaran, Kabupaten Semarang.

Sido Muncul meresmikan pabrik baru pada 11 November 2000. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Dr. dr. Achmad Sujudi MHA. Pada saat bersamaan, Sido Muncul menerima dua sertifikat yang setara dengan farmasi, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Pada 2004 perusahaan ini memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Produk unggulannya antara lain Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit, dan Kunyit Asam.

Sido Muncul memiliki 109 distributor di seluruh Indonesia. Berbagai produk unggulan Sido Muncul juga telah di ekspor ke beberapa negara Asia Tenggara. Pada 18 Desember 2013, Sido Muncul secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten “SIDO”.  

Pada 2019 Sido Muncul memperoleh sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia untuk 274 produk. Sertifikat yang diterima pada 6 Maret 2019 ini terbagi dalam empat jenis produk, yaitu Jamu, Suplemen dan Bahan Suplemen, Minuman dan Bahan Minuman serta permen.

Sido Muncul Jamu Sehat Pria

Bos Sidouncul Gemar CSR, Perusahaan Maju
Bos Sidomuncul Irwan HIdayat memberikan pengalaman kenapa perusahaanya maju. Salah satunya sering menggelar CSR bahkan dengan dengan dana iklan.

Sido Muncul memiliki beragam varian jamu. Salah satu produk jamu yang dihadirkan yaitu Jamu Sehat Pria.

Dalam penjelasan produk, tertulis jamu ini bermanfaat menjaga kesehatan dan melindungi tubuh dari serangan penyakit bagi pria. Khasiat dan manfaatnya tak lain untuk menjaga kesehatan dan vitalitas, serta membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Komposisi jamu sehat pria ini terdiri dari  Piperis Nigri Fructus yang bermanfaat untuk meredakan kolik angin dengan mengeluarkan gas dari saluran pencernaan. Lalu, Retrofracti Fructus yang disebut sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas.

Terdapat pula Zingiberis Aromaticae Rhizoma, yakni obat asma, merangsang nafsu makan, mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, radang sendi, anemia, nyeri perut, serta masuk angin. Lalu, Cyperi Rhizoma untuk menurunkan demam dan diuretik, termasuk Myristicae Pericarpium untuk meningkatkan kesehatan otak, mengurangi rasa sakit, mengatasi problem pencernaan, mengobati insomnia, membuang racun tubuh.

Sido Muncul Mengembangkan Argowisata

sidomuncul
Direktur PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat menunjukkan area Rawa pening yang tertutup eceng gondok. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Selanjutnya keberadaan Agrowisata PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk bertujuan untuk mengoleksi tanaman obat dan pelestarian plasma nutfah terutama diprioritaskan pada tanaman-tanaman langka atau yang hampir punah. Sebagian besar koleksinya terdiri dari tanaman obat untuk bahan jamu yang dipergunakan para industri dan yang lainnya masih dieksplorasi dari alam.

Sebelumnya pada 1999 sempat dirintis pembukaan kawasan khusus untuk lokasi koleksi tanaman obat yang akhirnya didesain seartistik mungkin dan menarik untuk dilihat dan dikunjungi. Tempat tersebut secara resmi juga dijadikan obyek agrowisata khusus koleksi tanaman obat yang dirancang terpadu, antara koleksi tanaman obat dengan desain taman serta infrastruktur lainnya.

Agrowisata tanaman obat di kawasan Pabrik Sido Muncul, Jl. Soekarno Hatta, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menempati lahan seluas 3 hektare, dengan topografi tanah landai, ketinggian tempat 440 meter dari permukaan laut. Di area agrowisata ini terdapat sekitar 400 spesies tanaman termasuk tanaman introduksi dari luar negeri antara lain Echinacea Purpurea, Tribulus Terrestris, Mintha Piperita dan Sylibum Marianum. Area ini juga memiliki 154 ekor satwa dari 52 spesies.

Infografis Jamu Populer di Indonesia
Infografis jamu populer di Indonesia. (Dok: Liputan6.com Tim Grafis)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya