Indonesia hingga Australia Rilis Peringatan Perjalanan ke Inggris, Imbas Kerusuhan Demo Anti-Imigran

Protes disertai kekerasan telah mengguncang Inggris setelah misinformasi tentang identitas seorang pria yang ditangkap atas dugaan pembunuhan tiga gadis muda di Southport tersebar secara daring.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2024, 13:00 WIB
Kerusuhan Inggris
Seorang pengunjuk rasa bermasker melemparkan sekaleng bir ke arah polisi anti huru hara di Bristol, Inggris selatan, pada 3 Agustus 2024 selama demonstrasi 'Enough is Enough' yang diadakan sebagai reaksi atas penusukan fatal di Southport pada 29 Juli 2024. (JUSTIN TALLIS / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Menyusul Malaysia, Indonesia, dan Nigeria, Australia mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warga negaranya terkait protes dan kerusuhan anti-imigran di Inggris. Protes yang disertai kekerasan telah mengguncang negara itu setelah misinformasi tentang identitas seorang pria yang ditangkap atas dugaan pembunuhan tiga gadis muda di Southport tersebar secara daring.

Melansir Daily Mail, Selasa (6/8/2024), pemerintah Australia memberi tahu warganya untuk "sangat berhati-hati" dan menjauh dari area tempat protes berlangsung dalam pembaruan informasi pada Senin, 5 Agustus 2024. Kementerian Luar Negeri Nigeria juga mengeluarkan peringatan perjalanan ke Inggris.

Pihaknya mengatakan ada "peningkatan risiko kekerasan dan kekacauan yang disebabkan kerusuhan baru-baru ini di Inggris." Kementerian tersebut menambahkan bahwa kekerasan tersebut telah "mencapai proporsi yang berbahaya."

Sementara itu, Malaysia adalah negara pertama yang mengeluarkan peringatan perjalanan ke Inggris, mendesak warganya yang sudah tinggal di sana untuk "tetap waspada." Pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, "Warga Malaysia yang tinggal atau bepergian ke Inggris didesak menjauh dari area protes, tetap waspada, dan mengikuti pembaruan dan panduan terbaru yang diberikan otoritas setempat."

Kedutaan Besar Indonesia di London juga mengeluarkan peringatan, mengimbau warga negaranya di Inggris untuk menghindari kerumunan besar dan meningkatkan kewaspadaan. Peringatan itu muncul saat tersangka perusuh pertama dibawa ke pengadilan kemarin, Senin, 5 Agustus 2024.

Curtis Coulson, yang dituduh mengayunkan tongkat "dengan cara mengancam" ke arah seorang wanita selama kerusuhan di Sheffield, menyeka air matanya selama sidang yang berlangsung selama 20 menit. Pria berusia 30 tahun itu membantah satu tuduhan perkelahian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kerusuhan di Sejumlah Wilayah di Inggris

Ilustrasi Polisi Inggris (AFP)
Ilustrasi Polisi Inggris (AFP)

Alih-alih menerima uang penjamin, pihak berwajib tetap menahan Coulson di Pengadilan Magistrat Sheffield. Ia termasuk di antara 25 tersangka kerusuhan yang dibawa ke pengadilan.

Leanne Hodgson (43) mengakui adanya kerusuhan yang disertai kekerasan setelah mendorong tempat sampah beroda ke arah polisi di Sunderland. Ia juga ditahan, karena pengacaranya memberi tahu hakim bahwa ia memiliki "masalah alkohol" dan menderita kesehatan mental yang buruk.

Sementara itu, di Liverpool, Adam Wharton dinyatakan bersalah atas perampokan yang terkait "gangguan serius" pada Sabtu malam, 3 Agustus 2024, di Perpustakaan Spellow di Walton, yang dibakar dan dijarah. Ia berkata, "Sangat baik, kawan," saat digiring ke sel.

Pada Minggu, 4 Agustus 2024, Inggris menghadapi hari kerusuhan hebat lain dengan sebuah hotel migran di Rotherham yang jadi sasaran pengunjuk rasa. BBC melaporkan bahwa orang-orang bermasker terlihat memaksa masuk.

Benda-benda dan potongan kayu dilemparkan ke petugas di depan gedung, membuat setidaknya satu polisi dengan perlengkapan anti huru hara dibawa pergi rekan-rekan mereka. Satu orang, yang wajahnya tertutup sepenuhnya dengan topeng Union Jack, terlihat saat massa mengibarkan bendera Inggris yang besar di luar hotel.


Apa Penyebab Kerusuhan di Inggris?

Kerusuhan Inggris
Polisi anti huru hara menghadapi pengunjuk rasa di Bristol, Inggris selatan, pada 3 Agustus 2024, selama demonstrasi 'Enough is Enough' yang diadakan sebagai reaksi atas penusukan fatal di Southport pada 29 Juli 2024. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Demonstran lain mengayunkan kaleng bir sambil meneriakkan "slogan-slogan yang menuntut." Kerusuhan yang disertai kekerasan itu dipicu misinformasi tersebar di media sosial pada Selasa, 30 Juli 2024, yang mengklaim bahwa remaja yang diduga membunuh Bebe King, Elsie Dot Stancombe, dan Alice Dasilva Aguiar adalah seorang migran Muslim radikal.

Polisi telah menetapkan Axel Rudakubana (17) yang lahir di Cardiff dari orangtua Kristen asal Rwanda sebagai tersangka kasus tersebut. Rudakubana sejak itu telah didakwa dengan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Misinformasi tersebut memicu protes sayap kanan di seluruh negeri. Hull, Stoke-on-Trent, Nottingham, Bristol, Manchester, Blackpool, dan Belfast juga mencatat kerusuhan. Satu video mengerikan yang diambil di Hull menunjukkan segerombolan perusuh menyerbu ke arah kendaraan abu-abu di tempat parkir, sambil meneriakkan hinaan rasial pada pengemudi.

Saat video berlanjut, orang di dalam rekaman terdengar berteriak memanggil polisi, sementara sekelompok pria mengepung kendaraan tersebut. Troli belanja terlihat terpasang di bagian depan mobil, sementara seorang perusuh, yang wajahnya tertutup topi, mencoba menelesak masuk ke kendaraan tersebut.

 


Kata Pejabat Inggris

Kerusuhan Inggris
Anggota masyarakat berkumpul sebelum membantu membersihkan puing-puing dari jalan-jalan di Middlesbrough, timur laut Inggris, pada 5 Agustus 2024, setelah kerusuhan dan penjarahan sehari sebelumnya. (Yelim LEE/AFP)

Pria yang merekam terdengar menyebut, ada "orang asing di dalam mobil." Kaca depan kendaraan itu juga tampak pecah, dan wiper terlihat ditarik ke atas.

Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer telah menjanjikan "dukungan penuh" bagi polisi untuk mengambil tindakan terhadap "para ekstremis" yang berusaha "menebar kebencian" dengan mengintimidasi masyarakat. Ini dikatakan saat ia mengadakan pembicaraan darurat dengan para menteri mengenai kerusuhan di beberapa wilayah Inggris.

Menteri Dalam Negeri Inggris Yvette Cooper mengatakan orang-orang yang terlibat dalam bentrokan akan "membayar harganya," dan bahwa "kekerasan kriminal dan kekacauan tidak memiliki ruang di jalan-jalan Inggris."

Menurut TRT World, para ahli mengatakan, keputusan Elon Musk mengizinkan tokoh-tokoh seperti aktivis sayap kanan Inggris Tommy Robinson, yang bernama asli Stephen Yaxley-Lennon, kembali ke X, dulunya Twitter, telah berperan dalam penyebaran disinformasi daring.

Pada Minggu, 4 Agustus 2024, Robinson mengunggah rekaman serangan di hotel Rotherham, yang menampung para pencari suaka, dengan mengatakan, "Ketika orang Inggris diabaikan dan dicap 'sayap kanan' ... sesuatu harus terjadi."

Infografis Jepang dan Inggris Tergelincir ke Jurang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jepang dan Inggris Tergelincir ke Jurang Resesi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya