Momen Bos Kripto Makan 1 Buah Pisang Seharga Rp98,2 miliar

Bos kripto Justin Sun melahap pisang tersebut di depan puluhan jurnalis dan influencer di salah satu hotel termahal di Hong Kong.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Des 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2024, 02:00 WIB
Justin Sun
Bos kripto Justin Sun memakan karya seni pisang yang ditempel di dinding dengan lakban di Hong Kong pada 29 November 2024. (Peter PARKS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bos kripto Justin Sun memenuhi janji memakan sebuah pisang pada Jumat, 29 November 2024. Bukan buah sembarangan, pisang itu merupakan bagian dari karya seni yang dibeli Sun senilai 6,2 juta dolar AS (sekitar Rp98,2 miliar).

Melansir news.com.au, Sabtu, 30 November 2024, Sun melahap "pisang dilakban" di depan puluhan jurnalis dan influencer di salah satu hotel termahal di Hong Kong. Ia sebelumnya berpidato memuji karya seni tersebut sebagai "ikonis."

"Jauh lebih baik daripada pisang lainnya," kata Sun setelah mencicipinya untuk pertama kali. "Benar-benar cukup enak."

Berjudul "Comedian," karya konseptual yang ciptaan seniman Italia Maurizio Cattelan ini dilelang Sotheby's di New York minggu lalu, dengan Sun berada di antara tujuh penawar. Ia mengaku "tidak percaya" dalam 10 detik pertama setelah memenangkan lelang, sebelum menyadari "ini bisa jadi sesuatu yang besar."

Dalam 10 detik setelah itu, ia memutuskan memakan pisang tersebut. "Memakannya di konferensi pers juga bisa jadi bagian dari sejarah karya seni tersebut," sebut dia pada Jumat.

Sun mengatakan, belum lama sejak ia memutuskan menawar karya seni tersebut, seraya menambahkan bahwa ia memiliki "pertanyaan bodoh," seperti apakah pisang ini telah membusuk dan bagaimana menilai karya tersebut. Pemilik karya seni diberikan sertifikat keaslian bahwa karya tersebut dibuat Maurizio Cattelan.

Juga, terdapat petunjuk cara mengganti buah tersebut jika sudah busuk. Sun mengatakan, karya seni ini mungkin akan mendapat keuntungan dari jenis kegilaan spekulatif yang biasanya dikaitkan dengan kripto. "Saya pikir, (harganya) mungkin akan naik lebih tinggi di masa mendatang, seperti Bitcoin," katanya.

 

Debut Karya Seni

Justin Sun
Bos kripto Justin Sun memakan karya seni pisang yang ditempel di dinding dengan lakban di Hong Kong pada 29 November 2024. (Peter PARKS/AFP)

Saat debut di pameran Art Basel 2019 di Miami Beach, AS, karya seni yang dapat dimakan ini telah memicu kontroversi dan memunculkan pertanyaan tentang apakah kreasi tersebut dapat dianggap sebagai seni. Sun sempat membandingkan seni konseptual seperti "Comedian" dengan seni NFT dan teknologi blockchain yang terdesentralisasi.

"Sebagian besar objek dan idenya ada sebagai (kekayaan intelektual) dan di internet, bukan sesuatu yang fisik," ucap dia. Minggu ini, Sun jadi penasihat World Liberty Financial, sebuah inisiatif kripto yang didukung presiden terpilih AS Donald Trump, setelah investasi sebesar 30 juta dolar AS (sekitar Rp475 miliar).

Sebelumnya, Sun menulis di akun X-nya, sebelumnya Twitter, bahwa ia "senang membantu membuat kripto kembali hebat di AS" dengan kepemimpinan Trump. Pada Jumat, Sun membantah bahwa investasi tersebut, yang menjadikannya investor terbesar dalam proyek tersebut, merupakan upaya untuk memengaruhi Trump atau politik Amerika.

"Kami apolitis," kata Sun. "Saya (yang bertugas) sebagai penasihat juga memberi banyak nilai. Saya dapat jadi jembatan yang hebat bagi keuangan tradisional dan industri (keuangan terdesentralisasi)."

 

Penjual Buah Pisang

Karya Seni Pisang
Orang-orang memotret "Komedian" Maurizio Cattelan yang dipersembahkan Perrotin Gallery dan dipajang di Art Basel Miami 2019 di Miami Beach Convention Center pada 6 Desember 2019 di Miami Beach, Florida, AS. (Cindy Ord/Getty Images/AFP)

Pengusaha kripto berusia 34 tahun itu tahun lalu didakwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS atas penipuan dan pelanggaran hukum sekuritas terkait proyek kripto miliknya, Tron. Sun telah membantah tuduhan tersebut dan kasusnya masih berlangsung.

 

Sementara itu, melansir NY Post, penjual buah pisang dilakban mengaku "sangat terpukul" ketika mengetahui bahwa ia jadi "bahan tertawaan." Tapi, warga New York dan pembeli karya seni kini berbaris mendukungnya.

Shah Alam, seorang penjual buah berusia 74 tahun yang bekerja di kios trotoar di luar Sotheby's di Upper East Side dengan upah 12 dolar AS (sekitar Rp190 ribu) per jam, menjual buah yang kemudian jadi bagian dari karya seniman Italia Maurizio Cattelan "Comedian," lapor New York Times, Kamis, 28 November 2024.

Alam, seorang imigran Bangladesh yang hampir buta dan tidak begitu bisa berbahasa Inggris, tidak tahu bahwa pisangnya yang seharga 35 sen (sekitar Rp5 ribuan) dijual kembali dengan harga yang sangat tinggi sampai seorang reporter Times menemukannya dan memberitahunya minggu ini.

Informasi baru itu membuatnya menitikkan air mata, kata Times. "Saya orang miskin," kata Alam pada reporter itu, suaranya bergetar. "Saya tidak pernah punya uang sebanyak itu; saya tidak pernah melihat uang sebanyak itu."

 

Reaksi Kontras

Ilustrasi buah pisang
Ilustrasi buah pisang. Credit by unsplash.com/anastasia eremina

Alam bekerja di kios buah yang sama di York Avenue dan East 72nd Street selama 12 jam sehari, empat hari seminggu, tanpa peduli cuaca. Ia mengaku tidak mengerti konsep di balik "Comedian," tapi merasa lelucon itu merugikan dirinya.

"Mereka yang membelinya, orang macam apa mereka?" tanyanya pada reporter Times. "Apakah mereka tidak tahu apa itu pisang?"

Cattelan, yang tidak mendapat kompensasi atas penjualan di Sotheby's, mengatakan bahwa ia merasa kasihan pada penjual pisang tersebut, tapi tidak menawarkan bantuan.

"Reaksi penjual pisang tersebut sangat menyentuh hati saya, menggarisbawahi bagaimana seni dapat bergema dengan cara yang tidak terduga dan mendalam," katanya. "Namun, seni pada hakikatnya tidak menyelesaikan masalah — jika memang menyelesaikannya, itu akan jadi politik."

Di sisi lain, Sun membeli banyak pisang dari kios buah Alam. "Untuk berterima kasih pada Tuan Shah Alam, saya memutuskan membeli 100 ribu pisang dari kiosnya di Upper East Side, New York," cuit Sun pada Kamis sore. "Pisang-pisang ini akan didistribusikan secara gratis ke seluruh dunia melalui kiosnya."

Infografis galeri seni yang jangan sampai dilewatkan
Infografis galeri seni yang jangan sampai dilewatkan. (Dok: Liputan6/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya