Prosesi Panguni Uthiram Umat Hindu Tamil di Deli Serdang

Selain menusuk tubuh, mereka yang bernazar perlu membawa kavadi, penyangga dari logam atau kayu dengan berbagai hiasan diletakkan di bahu.

oleh Tim Liputan 6 SCTV diperbarui 26 Apr 2014, 06:19 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2014, 06:19 WIB
Prosesi Panguni Uthiram Masyarakat Hindu Tamil di Deli Serdang
Prosesi diawali dari kuil menuju Sungai Tangsii. Air suci diguyurkan, sementara para gadis kembali ke kuil dengan membawa kendi berisi susu.

Liputan6.com, Deli Serdang - Hari besar Hindu Tamil pun tiba di Deli Serdang, Sumatera Utara. Etnis Tamil menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan orang-orang asli Deli sejak kedatangannya secara besar-besaran ke wilayah Deli itu.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (26/4/2014), Krismawadi adalah wanita yang telah 14 tahun menetap di Lubuk Pakam itu, ikut sibuk memberikan penghormatan kepada sang Dewa.

Bagi perempuan di Lubuk Pakam, hadir dengan berpakaian khas India saat Panguni Uthiram memberikan sensasi tersendiri. Panguni Uthiram adalah perayaan ulang tahun Dewa Murugan, dewa kejayaan panglima para dewa kepercayaan Hindu Tamil.

Disebut Panguni karena berlangsung pada bulan Panguni, sekitar Maret atau April dalam penanggalan Masehi. Sedangkan Uthiram bermakna purnama puncak.

Bulatan merah atau potte menjadi simbol pemakainya adalah keturunan India. Rangkaian bunga melati sebagai mahkota membuat prosesi menjadi lebih takzim.

Prosesi diawali dari kuil menuju Sungai Tangsi. Momen itu membuat Lubuk Pakam yang sunyi menjadi sesak. Meski sempat dilarang pada 1973, Festival Panguni Uthiram memang kembali marak setelah reformasi 1998. Syahdan, Sungai Tangsi dipercaya memiliki kaitan dengan aliran air Sungai Gangga yang berada di India. 

Air suci diguyurkan, sementara para gadis kembali ke kuil dengan membawa kendi berisi susu. Dalam kepercayaan Hindu Tamil, susu yang berwarna putih adalah lambang kesucian.

Sementara, peserta yang tinggal adalah mereka yang akan melaksanakan nazar. Masih dalam kondisi tak sadar, peserta nazar kembali ke kuil.

Selain menusuk tubuh, mereka yang bernazar perlu membawa kavadi, penyangga dari logam atau kayu dengan berbagai hiasan diletakkan di bahu kanan selama perjalanan.

Setiba di kuil, segala tusukan dilepas, maka terlihatlah mereka yang tulus dan tidak. Mereka yang bersungguh-sungguh bernazar tidak akan mengeluarkan darah, meski logam panjang ditarik dari tubuhnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya