Asosiasi PKL: Pistol Kejut ala Ahok Cara Kolonial

Menurut, Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, cara-cara Ahok yang kolonial seperti itu harus segera dihentikan.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 17 Jun 2014, 16:25 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2014, 16:25 WIB
AHOK MARAH
(Lipuan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) mengecam rencana Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama mempersenjatai Satpol PP dengan pistol kejut dalam menertibkan PKL di Jakarta. Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat APKLI Ali Mahsun langkah tersebut merupakan tindakan represif terhadap PKL.

"Pakai pistol atau kejut listrik bukan cara manusiawi, tapi cara penjajah, seperti yang Ahok lakukan. Cara-cara Ahok yang kolonial seperti itu harus segera dihentikan," kata Ali ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (17/6/2014).

Ia mengaku sangat menyayangkan keputusan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut karena menjadi terkesan tidak menghargai PKL sebagai warga yang mencari uang untuk menghidupi diri dan keluarganya. Sebab, Satpol PP yang menggunakan pistol kejut menurutnya, justru mencederai harkat dan martabat PKL. Ali menyarankan agar Pemprov DKI menggunakan cara komunikasi dua arah yang lebih manusiawi dalam penertiban PKL.

"Pendekatan sosio kultural dan ekonomi juga harus dilakukan. Jangan sampai penertiban PKL Monas seperti Tanah Abang, yang mengusir pelan-pelan dari jalan dan membuat PKL bangkrut di Blok G," ujar Ali.

Bahkan ia mengaku pihaknya juga sudah berusaha membangun berkomunikasi yang dengan PKL Monas dengan menjelaskan mengenai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Hal itu dilakukannya guna membantu penertiban PKL.

"Saya sampaikan bagaimana mencari jalan keluarnya. Pemerintah diuntungkan dan PKL juga tidak dirugikan," ujar Ali.

Sebelumnya, Ahok menegaskan Satpol PP akan disebar ke setiap titik pagar yang rusak untuk menjaga pekerja atau tukang las pagar dari oknum preman. Bahkan, petugas Satpol PP akan diberi pistol listrik atau taser gun untuk melumpuhkan preman.

"Kalau yang tiang-tiang pagar Monas itu semua mau kita las. Kan tukang las kita diancam golok nih, ancam celurit. Kita jagain, tembak aja pakai pistol listrik," ungkapnya.

Sebab, sejumlah tukang las yang ditugaskan memperbaiki pagar bolong mengaku mendapat ancaman akan ditikam dari oknum tak dikenal, jika meneruskan pekerjaannya. Pagar yang rusak itu sendiri selama ini digunakan para PKL untuk leluasa masuk ke kawasan Monas.

Maka, Satpol PP ditugaskan menjaga para pekerja tersebut. Menurut Ahok penggunaan alat pistol listrik yang dapat membidik objek hingga 5-6 meter, demi mencegah pertumpahan darah. Di mana Satpol PP dapat menjaga diri dari ganasnya pisau preman, sementara preman juga tak mengalami luka berarti karena hanya akan pingsan setelah dikejut listrik.

"Kalau sama-sama pakai pisau, belum tentu ilmu silat Satpol PP lebih jago dari preman. Nanti kalau Satpol PP saya luka gimana? Mending saya suruh dia pakai pistol listrik. Kalau ditembak premannya pingsan aja kan. Lebih baik gitu dong, daripada saling tusuk. Saya nggak pernah janji kalau saya nggak akan pakai pistol kan? Saya cuma janji nggak pakai pentungan kan," jelas Ahok. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya