Liputan6.com, Jakarta - Setara Institute menolak Fachrul Razi, Sjafrie Sjamsoeddin, dan As'ad Ali sebagai calon kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Mereka berharap, Presiden Joko Widodo atau Jokowi, tidak memilih salah satu dari ketiganya sebagai kepala BIN.
"Dari 3 calon (Kepala BIN) yang beredar, ketiganya adalah bermasalah. Setara Institute menolak keras ketiga calon yang beredar karena mereka semua adalah orang-orang bermasalah," kata Ketua Setara Institute Hendardi di kantornya, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).
Hendardi memiliki alasan kuat kenapa menolak ketiga nama tersebut. Mantan Wakil Panglima ABRI Letnan Jenderal (Purn) Fachrul Razi menurutnya merupakan bagian dari masa lalu. Meski tidak terlibat langsung dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, persinggungannya dengan transisi politik dari Soeharto ke Habibie memungkinkan perannya tidak independen.
"Karena dia bagian dari kontestasi para jenderal baik pada masa transisi maupun pada saat ini, di mana banyak para jenderal atau dekat dengan partai politik tertentu," beber dia.
Untuk mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (purnawirawan) Sjafrie Sjamsoeddin, menurut Hendardi adalah salah satu tokoh yang 'selamat' dan berhasil memoles citra dirinya karena terus berada di Kementerian Pertahanan sebagai Sekjen dan kemudian menjadi Wakil Menhan.
"Sesungguhnya Sjafrie adalah salah satu jenderal yang bermasalah karena dugaan keterlibatannya pada berbagai peristiwa politik di masa transisi," ucapnya.
Sedangkan yang ketiga yakni mantan Wakil Kepala BIN As'ad Ali, kata Hendardi, bukanlah orang bersih meski didorong oleh Nahdlatul Ulama (NU). Karena menurutnya, As'ad diduga terlibat baik secara langsung atau tidak langsung pada pembunuhan Munir pada 2004 silam.
"Posisinya sebagai Wakil Kepala BIN yang saat itu dikepalai Hendropriyono, sulit tidak mengetahui dan terlibat dalam perencanaan pembunuhan atas Munir," kata dia.
Presiden Jokowi, kata Hendardi, tidak perlu mempertimbangkan ketiga calon Kepala BIN yang ia sebutkan itu, dan harus mencari calon lain yang lebih independen, bersih dan bebas dari dugaan keterlibatan dalam pelanggaran HAM berat.
"Jika salah satu dari tiga calon itu yang dipilih, politik impunitas akan menjadi pilihan kepala BIN, pendekatan koersif dalam bentuk penangkapan, penculikan, penahanan dan pembunuhan tetap akan menjadi metode kerja BIN," tandas Ketua Setara Institute Hendardi. (Yus)
Setara Tolak 3 Figur Ini Jadi Kepala BIN
Hendardi Setara berharap, Presiden Joko Widodo atau Jokowi, tidak memilih salah satu dari ketiganya.
diperbarui 05 Nov 2014, 18:44 WIBDiterbitkan 05 Nov 2014, 18:44 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Gandeng BYD, PLN Kenalkan Fitur Home Charging Services di GJAW 2024
Paslon Dukungan Presiden Prabowo Diprediksi Memenangi Pilkada Garut 2024
Tinggal Beberapa Hari Lagi, DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Yakini Pilkada di Jatim Demokratis
Tips Skripsi Selesai 1 Bulan: Panduan Lengkap Menyelesaikan Tugas Akhir dengan Cepat
Pilbup Bogor, 20 Ribu Pendukung Padati Kampanye Akbar Rudy Susmanto-Jaro Ade
PUSAKA IndonesiaTimur: LHM-Ges Unggul Telak di Pilbup Buru Selatan
Hasil BRI Liga 1 2024/2025: Egy Maulana Vikri Menangkan Dewa United atas Bali United
Taraf Hidup Petani Mangga di Bondowoso Ini Meningkat Usai Diberdayakan BRI
Keluarga Kaya Pemilik Louis Vuitton Akuisisi Klub Sepak Bola Paris FC, Bakal Jadi Saingan PSG?
Roti dan Garam, Ini 2 Benda yang Kemungkinan Akan Diberi oleh Tetangga Jika Anda Pindah ke Jerman
Dukung Khofifah-Emil, Kaesang Sebut Pembangunan Jatim Harus Dilanjutkan
Fakta di Balik Kabar Viral Seputar Dunia Pendidikan, Simak Daftarnya