Nestapa WNI di Luar Negeri

Pembunuhan 2 WNI di Hong Kong terkuak setelah pelaku bernama Ruruk Jutting sendiri menelepon polisi.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Nov 2014, 17:59 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2014, 17:59 WIB
6 Fakta Pembunuh WNI Sumarti dan Mujiasih di Hong Kong-BLM
WNI di Hong Kong, Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih berakhir dengan tragis di tangan seorang pegawai Bank of America, Rurik Jutting.

Liputan6.com, Jakarta - Kematian warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri kembali menggegerkan masyarakat di tanah air. Belum lama kasus pembunuhan Mayang Prasetyo terjadi, 2 WNI asal Cilacap, Jawa Tengah Sumartiningsih dan asal Muna, Sulawesi Tenggara, dan Seneng Mujiasih ditemukan tewas dibunuh di lantai 31 sebuah apartemen mewah di Hong Kong.

Kejadian ini membuat geger Kota Hong Kong yang dikenal sebagai salah satu kota teraman di dunia. Keduanya dibunuh oleh Rurik Goerge Caton Jutting, pria berkewarganegaraan Inggris yang berprofesi sebagai bankir investasi di Bank of America di Hong Kong.

Pembunuhan ini terkuak setelah pelaku sendiri menelepon polisi, untuk memeriksa apartemennya yang ada di Distrik Wan Chai. Polisi yang datang ke apartemen Jutting menemukan seorang perempuan dengan penuh luka berada di ruang tamu. Perempuan ini tidak lama kemudian tewas.

8 Jam setelah penemuan pertama, mayat seorang perempuan lainnya ditemukan dalam kondisi lebih mengenaskan. Tubuhnya ditemukan termutilasi di dalam sebuah koper di balkon apartemen. Korban diduga sudah meninggal selama 5 hari.

"Saya kenal baik salah satu dari kedua perempuan itu, sedangkan yang satu lagi hanya sering saya lihat di bar. Korban yang saya kenal selama 4 tahun adalah teman baik mantan pacar saya, selalu datang ke apartemen saya tiap hari Minggu. Ia penggembira dan menyenangkan. Ia selalu tersenyum, tak pernah bermasalah, tak menggunakan Narkoba, minum alkohol namun tak pernah benar benar mabuk," ujar Robert Van Bosch, pekerja bar dan teman korban.

Rurik Jutting dikenal sebagai orang yang agresif dan suka berkonfrontasi. Gaya hidupnya juga mewah, menghabiskan banyak uang hanya untuk alkohol, narkoba dan pekerja seks komersial (PSK). Apartemen yang ia sewa tarifnya lebih dari Rp 50 juta per bulan.

Penyelidikan polisi terbaru menemukan bahwa izin perdagangan Jutting dicabut pada hari di mana ia diyakini membunuh korban pertamanya. Jutting juga dikabarkan frustasi setelah rencana pernikahannya dibatalkan oleh tunangannya.

Menteri luar negeri (Menlu) Retno Marsudi menyatakan pihaknya mengerahkan tim untuk mengawal proses hukum terdakwa. Pemerintah juga akan memulangkan jenazah kedua korban ke tanah air untuk diserahkan pada keluarga.

Seneng Mujiasih atau Jese Lorena berasal dari Desa Sidomakmur, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Untuk sampai ke lokasi ini, setidaknya dibutuhkan waktu 9 jam perjalanan darat dan laut dari kendari Ibukota Provinisi Sulawesi Tenggara.

Di kampung yang terpencil ini tinggal Mujiarjo dan Munimen, orangtua Mujiasih. Kesulitan hidup memaksa Seneng Mujiasih mengadu nasib sebagai TKW di Hong Kong sejak 6 tahun yang lalu. Selama 3 tahun pertama ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan overstay 3 tahun berikutnya.

Ia terpaksa overstay karena majikannya tidak baik sehingga terjadi pemutusan kontrak kerja. Sejak itu ia bekerja serabutan, termasuk kemungkinan melakukan transaksi seks.

Saksikan Barometer Pekan ini selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (8/11/2014), di bawah ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya