Tiongkok Batasi Mobil Melalui Undian, Jakarta?

Tiongkok menerapkan pembatasan jumlah mobil melalui metode undian jatah plat nomor mobil.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 09 Jan 2015, 12:01 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2015, 12:01 WIB
ahok
Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok

Liputan6.com, Jakarta - Semakin padatnya lalu lintas di Tiongkok dan memburuknya kualitas udara, membuat sejumlah kota di sana memberlakukan pembatasan kepemilikan kendaraan roda dua. Pembatasan dilakukan melalui metode undian jatah pelat nomor mobil.

Meski memiliki kondisi lalu lintas yang sama dengan Tiongkok, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memastikan, Jakarta belum akan mengadopsi metode pembatasan mobil seperti itu.

"Jangan batasin kayak di Singapura atau kayak yang sekarang di Shanghai, jangan dulu. Itu yang di China terlalu berat. Mesti beli pelat dulu. Kan kita kan ekonomi kita masih menengah ke bawah," ucap Ahok di Balaikota Jakarta, Jumat (9/1/2015).

Ahok pun mempersilakan warga DKI Jakarta membeli mobil sesuai kemampuannya. Sebab, kata dia, itu adalah hak masing-masing warga. Hanya saja, sambung dia, ada beberapa aturan yang bakal diterapkan Pemprov DKI Jakarta agar kesadaran warga untuk tak sering menggunakan mobil pribadi bisa terbangun.

Ahok mengatakan, salah satu caranya dengan pembatasan umur mobil. Jika telah mencapai 10 tahun, mobil itu sudah tak dapat lagi digunakan. Jika ingin digunakan, pajaknya lebih tinggi. Kemudian memberlakukan pajak progresif bagi warga yang memiliki mobil lebih dari satu. Termasuk rencana menerapkan sistem jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP).

"Kita lagi kaji umur mobil mau kita batasin di Jakarta. Biarin orang punya mobil nggak apa-apa, cuma kita mau batasi dengan ERP aja dulu. Nggak bisa semua jalan kamu lewatin. Terus pajak kita naikin," ucap Ahok.

Namun tentunya semua aturan itu baru bisa efektif jika transportasi umum di Ibukota telah dibenahi. Jumlah Transjakarta ditambah, angkutan bus sedang seperti Kopaja dan Metromini diremajakan, tak ada lagi sistem kejar setoran, dan lainnya.

"Misalnya kayak di Hong Kong, 90 persen lebih gunakan transportasi umum. Singapura, Mumbai di India hampir 50 persen. Kita aja yang paling kacau. Baru 20 persen lebih," tandas Ahok. (Ndy/Sss)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya