Mendag: Punya Nilai Sejarah, Renovasi Pasar Johar Sesuai Aslinya

"Setelah pulang ke Jakarta nanti, saya akan koordinasi dan melaporkan kepada Presiden untuk menentukan langkah berikutnya," kata Mendag.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 11 Mei 2015, 17:19 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2015, 17:19 WIB
Kebakaran di Pasar Johar Semarang
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel ditemani Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Walikota Hendrar Prihadi, melihat langsung dampak kebakaran Pasar Johar. (Liputan6.com/ Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Semarang - Pembangunan kembali Pasar Johar dan Pasar Yaik Semarang, Jawa Tengah yang habis terbakar, diusulkan sesuai dengan desain aslinya. Usulan itu disampaikan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel saat mengunjungi Pasar Johar, Senin (11/5/2015).

Rachmat Gobel mengatakan, bangunan hasil rancangan arsitek Thomas Karsten itu memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Apalagi Pasar Johar sudah masuk sebagai bangunan cagar budaya, sehingga pembangunannya pun tidak bisa serampangan.

"Kita akan pertahankan originalitasnya. Pasar Johar selain bernilai ekonomis, juga memiliki nilai sejarah yang luar biasa," kata Gobel.

Dalam kunjungannya, Rachmat Gobel mengelilingi bangunan pasar Johar yang sudah menjadi abu dan arang. Sesekali ia menghentikan langkahnya, menyapa para pedagang yang mengais-ngais sisa kebakaran.

Dia mengatakan, yang utama harus dilakukan saat ini adalah relokasi pedagang atau memfasilitasi tempat bagi pedagang. Hal itu sangat mendesak karena sudah mendekati Ramadan dan Lebaran.

"Saya koordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi dampak kebakaran pasar. Jangka pendek siapkan lokasi untuk darurat karena menjelang puasa dan lebaran. Setelah pulang ke Jakarta nanti, saya akan koordinasi dan melaporkan kepada Presiden untuk menentukan langkah berikutnya," kata dia.

Meski menjanjikan dana pembangunan dan desain pembangunan, dia tidak berani menyebutkan angka yang akan dianggarkan APBN. Alasannya, Pemerintah Kota Semarang masih belum selesai menghitung kerugian dan menghitung jumlah dana yang dibutuhkan.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi yang menemani Rachmat Gobel setuju bahwa pembangunan kembali pasar induk di Semarang ini mengacu kepada konsep dan desain dari Thomas Karsten.

>>Sejarah Pasar Johar>>

Sejarah Pasar Johar

Sejarah Pasar Johar

Berdasarkan penelitian budayawan dan sejarawan asli Semarang Djawahir Muhammad, sejarah Pasar Johar diawali tahun 1860. Pada saat itu banyak orang berdagang di depan rumah penjara yang terletak di sebelah timur alun-alun Semarang. Para pedagang tersebut melayani para keluarga tahanan yang menunggu jam besuk di bawah deretan pohon Johar.

"Ada cerita bahwa keberadaan pohon Johar tersebut merupakan hadiah dari Sunan Pandanaran yang tak ingin kawasan tersebut kumuh oleh tenda pedagang. Kanjeng Sunan kemudian memerintahkan menanami pohon Johar untuk berteduh," kata Djawahir kepada Liputan6.com, Minggu 10 Mei 2015.

Barang yang dijual merupakan hasil bumi berupa buah-buahan, jagung, ketela pohon, dan pisang. Saat itu para pedagang dianggap tidak mengganggu lalu lintas, bahkan oleh pemerintah Kota Praja (di bawah Kolonial Belanda) dibiarkan saja. Petugas sapu Pasar Damaran yang dekat dengan tempat tersebut bahkan memungut semacam retribusi kepada para pedagang.

Menurut Djawahir Muhammad, pada tahun 1931 Pemerintah Kota Praja berencana membangun pasar yang lebih besar dengan menggabungkan pasar yang sudah ada sebelumnya yaitu Pasar Pedamaran, Johar, Beteng, Jurnatan, dan Pekojan. Johar dipilih sebagai lokasi pasar tersebut mengingat lokasinya yang strategis. Maka untuk keperluan pembangunan itu bangunan penjara dirobohkan dan pohon-pohon johar ditebang.

"Kemudian tahun 1933, Ir Thomas Karsten seorang arsitek belanda diminta mendesain pasar sentral yang bentuk dasarnya seperti Pasar Jatingaleh. Melalui suatu kajian yang mendalam, desain itu diubah mengingat kondisi iklim, cuaca serta perilaku masyarakat Semarang. Hasilnya sebuah karya arsitektur yang luar biasa," kata Djawahir Muhammad.

Arsitektur Pasar Johar rancangan Thomas Karsten ini memungkinkan cahaya matahari bisa masuk ke seluruh penjuru pasar tanpa ada efek panas. Udara pun bisa masuk dengan sirkulasi yang baik. Dengan arsitektur dan manajemen yang bagus, pada tahun 1955, Pasar Johar disebut-sebut sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara.

Semua kedahsyatan dan monumen pasar Johar itu sirna dalam semalam, setelah kebakaran hebat terjadi Sabtu 9 Mei 2015 malam. Bahkan titik-titik api itu belum sepenuhnya padam hingga Senin 11 Mei 2015. (Mvi/Mut)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya