Cerita Ahok 'Dikerjai' Anak Buah yang Santun

Wajah putih Ahok perlahan memerah saat menjelaskan bagaimana para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) begitu lamban dalam bekerja.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 12 Mei 2015, 13:17 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2015, 13:17 WIB
Ahok Dapat Nilai Merah Dari DPRD
Gubernur Basuki Tjahaja Purnama saat menghadiri sidang paripurna DPRD DKI Jakarta terkait Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), Kamis (23/4/2015). DPRD menilai kinerja pemda dan aparatnya pada tahun 2014 buruk. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Wajah putih Ahok perlahan memerah saat menjelaskan bagaimana para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) begitu lamban dalam bekerja. Meski sedang berbicara di depan direksi dan pemegang saham PT Aetra, bibir Ahok tak bisa menahan curahan hatinya.

Gubernur DKI Jakarta bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu sangat bingung dengan lambannya kinerja para anak buah. Sampai sekarang dia juga tidak habis pikir dengan 1.001 alasan yang dilontarkan untuk mengulur waktu pengerjaan.

"Kalau kita gunakan SKPD pasti lamban. Nggak ngerti saya salah di mana," ujar Ahok di Instalasi Pengolahan Air Aetra, Jakarta Timur, Selasa (12/5/2015).

Ahok menceritakan saat sulitnya penanganan banjir di Ibukota. Dia mempertanyakan mengapa banjir masih saja terjadi. Anak buahnya kala itu beralasan pemasangan sheet pile masih kurang 30 meter lagi.

"Kenapa nggak ditutup? Itu buat tahun depan pak, dia jawab seperti itu," kata mantan bupati Belitung Timur tersebut.

Tahun berikutnya, dia kembali menanyakan progres penutupan tanggul. Sudah selesai itu, masih saja ada alasan mengapa banjir masih terjadi, yakni jembatan kurang tinggi sehingga air masih bocor lewat bawah.

"Ini ada-ada saja. Mau kita tempeleng menyalahi HAM, tapi jawabnya sangat santun," lanjut dia.

Belum lagi masalah banjir rob di Utara Jakarta. Pompa tidak bisa dioperasikan dengan baik. Mereka sengaja membiarkan rumah berada di pinggir waduk sepanjang 2,8 km.

"Ada bagian permainan, disetop, kenapa? Airnya bocor ya tutup dong tinggal di-sheet pile, masih 300 meter. Kapan beresnya? Tahun depan dia bilang. Masih itu ada masalah lagi tanggulnya bocor. Tahun depan lagi gardunya agak ke bawah tapi nggak bisa pompa," tutur Ahok.

Kemarahannya semakin terlihat. Ahok sengaja menanyakan berapa uang yang dibutuhkan untuk meninggikan gardu pompa. Anak buahnya pun menyampaikan butuh Rp 2 miliar dan berubah jadi Rp 7 miliar.

"Oke, nggak apa-apa, saya cari pengembang, saya ketemu Pak Taher Mayapada, Pak mau nyumbang nggak Rp 7 miliar, boleh deh. Kenapa kok masih bocor. Ternyata Rp 21 miliar pak. Tunggu anggaran nggak bisa," pungkas Ahok. (Mut)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya