Lalai yang Berujung Maut di Mekah

Beberapa detik, bayangan hitam tersebut berubah menjadi sebuah crane berukuran raksasa.

oleh Wawan Isab RubiyantoSugeng Triono diperbarui 19 Sep 2015, 00:01 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2015, 00:01 WIB
Tragedi Crane Jatuh Jadi Objek Foto Jamaah Haji
Ribuan umat muslim yang sedang menunaikan ibadah haji berjalan melintasi crane yang roboh di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi (9/12/2015). Sebanyak 107 calon jemaah haji meninggal dunia akibat crane jatuh karena cuaca buruk. (REUTERS/ AHMED FARWAN)

Liputan6.com, Jakarta - Jodoh, rezeki, dan kematian ada di tangan Tuhan. Tidak ada yang menyangka sebuah tragedi mengerikan akan terjadi. Saat itu, angin bertiup sungguh kencang. Gemuruh dan kilatan petir menghiasi langit Mekah, Arab Saudi.

Tiba-tiba, bayangan hitam menyelimuti sebuah sudut Masjidil Haram. Sudut yang banyak dilalui orang dan calon haji. Beberapa detik, bayangan hitam tersebut berubah menjadi sebuah crane berukuran raksasa.

Ratusan orang meninggal dalam peristiwa itu. 11 Orang di antaranya merupakan jemaah haji asal Indonesia.

Pemerintah Kerajaaan Arab Saudi mengungkap peristiwa jatuhnya crane ini merupakan kesalahan operasional pengembang proyek pengembangan Masjidil Haram, Bin Laden Group.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa Bin Ibrahim Al Mubarok, mengatakan penanggung jawab alat berat tersebut tidak menaati petunjuk dalam buku panduan.

"Ini kesalahan operasional. Crane yang tidak operasi, harusnya diturunkan, crane juga tidak boleh dihadapkan ke Masjidil Haram. Juga harus dipertimbangkan kekuatan cuaca. Ini yang tidak dihiraukan pihak pengembang. Ada unsur kelalaian," ujar Mustafa Bin Ibrahim Al Mubarok di Kedubes Arab Saudi, Jakarta, Jumat (18/9/2015).

Oleh karena itu, pihak Kerajaan Saudi Arabia memutuskan untuk memberikan sanki ke Bin Laden Group. Perusahaan itu tidak diperkenankan lagi mengikuti tender proyek di negara petrodolar tersebut.

Sejumlah pejabat eksekutif Bin Laden Group juga sudah dicekal bepergian ke luar negeri oleh Kerajaan Arab Saudi hingga proses penyelidikan masalah ini tuntas.

"Pemerintah menghentikan operasional kegiatan Bin Laden Group. Mereka tidak diperkenankan mengikuti tender proyek pemerintah. Pejabat eksekutif juga dicekal. Diperintahkan Bin Laden bertanggung jawab," tegas Mustafa.

Pihak Kerajaan Arab Saudi pun mendukung keluarga korban untuk menuntut pihak pengembangan proyek jika masih tidak terima dengan kejadian tersebut.

"Keluarga korban baik yang meninggal atau yang luka ringan berhak mengajukan tuntutan ke pengadilan untuk mendapatkan hak khusus," kata Mustafa.

Walau pun, Kerajaan Arab Saudi sudah memerintahkan penyidikan secara tuntas atas kejadian ini. Hasil penyidikan pun sudah dilimpahkan ke kejaksaan.


Raja Arab Saudi Salman Bin Abdulaziz Al Saud saat melihat lokasi jatuhnya crane di Masjidil Haram, Kota Mekah, Arab Saudi. Raja akan terus menginvestigasi dan menyelidiki jatuhnya crane. (REUTERS/ Bandar al-Jaloud)

Rp 3,8 Miliar

Keluarga korban tragedi jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi dipastikan akan menerima santunan dari Kerajaan Arab Saudi. Ini berlaku bagi keluarga korban meninggal maupun cacat fisik.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia sedang mengidentifikasi secara lengkap jemaah-jemaah asal RI yang menjadi korban.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama, telah mendapatkan konfirmasi dari Dewan Malaki Kerajaan Arab Saudi mengenai besaran santunan itu.

"Raja Salman sebagai Khadim al Haramain (pelayan dua Tanah Suci) memerintahkan agar keluarga korban jiwa dan korban luka mendapatkan santunan," kata Lukman di Mekah, Arab Saudi pada Kamis 17 September 2015.

Jumlah santunan yang akan diterima oleh ahli waris korban jiwa adalah 1 juta riyal (setara Rp 3,8 miliar, untuk 1 riyal = Rp 3.856). Korban luka yang menyebabkan cacat fisik juga akan mendapatkan jumlah yang sama.

"Korban lainnya 500 ribu riyal (setara Rp 1,9 miliar)," tutur Lukman.

Selain itu, 2 anggota keluarga korban meninggal akan menjadi Khodim Al-Haromain Al-Syarifin atau tamu undangan Kerajaan Saudi Arabia pada musim haji tahun depan.

"Kepada korban cidera yang tidak bisa menyempurnakan ibadah haji karena belum pulih juga akan masuk program tamu undangan Khodim Al-Haromain Al-Syarifin," tukas Mustafa.

Pada kesempatan yang sama, dia mengatakan Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan visa khusus bagi keluarga korban jatuhnya alat derek di Masjidil Haram. Pemberian visa khusus ini guna mempermudah keluarga korban mendampingi pasien selama di Tanah Suci. Izin kunjung ini berlaku hingga korban dapat pulang ke tanah air masing-masing.

"Tujuannya agar mereka dapat mengurus keluarganya yang cedera meski sisa waktu dari musim haji tahun ini sudah selesai. Sampai mereka kembali ke negaranya masing-masing," kata Mustafa.

Tidak hanya itu, Kerajaan Arab Saudi juga berjanji memfasilitasi keluarga korban ke rumah sakit tempat korban dirawat.

"Tentu pemerintah Saudi akan memfasilitasi. Dan hal ini nanti akan dibicarakan lebih lanjut dengan kedutaan dan konsulat masing-masing negara korban," tukas Mustafa.


Kerusakan yang disebabkan jatuhnya sebuah crane terlihat di Masjidil Haram Mekah , Arab Saudi, Jumat (11/9/2015). Setidaknya 107 orang tewas akibat sebuah crane besar jatuh saat angin kencang dan hujan lebat melanda Arab Saudi. (REUTERS/Saudi News Agency)

Belum Teridentifikasi

2 Jemaah haji Indonesia yang tewas karena ambruknya crane di Masjidil Haram, belum juga teridentifikasi.

Ketua Komisi VIII Saleh P Daulay mengatakan ada 2 jenazah di rumah sakit milik Pemerintah Arab Saudi yang diduga berkewarganegaraan Indonesia.

"Proses identifikasi sedang dilakukan. Rumah Sakit Arab Saudi sedang mengambil DNA yang bersangkutan untuk dicocokan dengan keluarganya," kata Saleh dalam jumpa persnya, Mekah, Arab Saudi, Kamis 17 September 2015.

Dia pun mendesak Kementerian Agama untuk mendorong agar proses verifikasi DNA jenazah yang diduga asal jemaah Indonesia tersebut. Sebab, kepastian akan membuat pihak keluarga lebih tenang.

"Hal-hal seperti ini harus ditangani dengan cepat, karena menyangkut ketenangan keluarga di Tanah Air dan itu tanggung jawab negara," ujar Saleh yang datang bersama anggota Komisi V dan Komisi IX untuk melakukan pengawasan penyelenggaraan haji tahun ini.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membenarkan ada korban yang sulit diidentifikasi melalui pemeriksaan fisik. Proses identifikasi hanya dapat dilakukan melalui tes deoxyribonucleic acid (DNA).

Lukman mengatakan masalah ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah, untuk memperkuat identitas jemaah dengan DNA atau cara lain untuk memudahkan identifiaksin pada penyelenggaraan haji mendatang. Kementerian Agama akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.

Selama itu, kata Lukman, identifikasi jenazah meninggal karena sakit atau penyebab lainnya harus menggunakan gelang. Gelang yang dikenakan jemaah haji Indonesia berbeda dengan jemaah asal negara lain.

Menurut Lukman, gelang jemaah terbuat dari tembaga untuk mengantisipasi jemaah menjadi korban kebakaran. Ketika korban tidak bisa teridentifikasi, gelang tembaga yang antiapi memudahkan proses identifikasi.

"Kalau gelangnya tidak bisa dikenali maka ada cara lain untuk memudahkan identifikasi," ujar Lukman.


Pekerja dibantu alat berat berusaha mengevakuasi crane yang roboh di Masjidil  Haram, Kota Mekah,  Arab Saudi (9/12/2015). Sebanyak 107 calon jemaah haji meninggal dunia akibat crane jatuh karena cuaca buruk. (AFP PHOTO / STR)

Rekam Medis Online

Perbaikan pelayanan jemaah haji Indonesia terus dilakukan, terutama menyangkut jemaah risiko tinggi. Tenaga medis Sektor 8, dr Fersia mengatakan tidak semua jemaah lanjut usia didampingi keluarganya. Harusnya mereka berangkat ke Tanah Suci didampingi keluarganya.

"Itu menjadi masalah tersendiri. Kendati mendaftarnya di waktu yang berbeda, jemaah usia lanjut dan keluarganya wajib disatukan," ujar Fersia di Mekah, Arab Saudi, Kamis 17 September siang.

Fersia mengungkapkan permasalahan penanganan jemaah haji, yaitu tidak adanya informasi mengenai rekam medik jemaah. Dia pun menyarankan agar sistem buku kesehatan jemaah haji (BKJH) dapat diterapkan secara online.

"Sekarang ini kita enggak online. Hasil laboratorium memang ada, tapi rontgen tidak ada, sehingga kami tidak tahu gambaran kondisi pasien seperti apa. Agar kami dapat membaca lebih jelas," kata dia.

Sementara Menteri Agama Lukman mengatakan, masukan itu sebagai ide yang menarik. Rekam medis yang terintegrasi akan membantu petugas medis menangani pasien.

"Saya kira rekam medis yang terintegrasi merupakan masukan yang sangat bagus," kata Lukman saat memantau pelayanan medis di lokasi jemaah haji Indonesia tinggal, Hotel Al Jawharah di Jarwal, Makkah, Arab Saudi. (Bob/Rmn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya