Liputan6.com, Jakarta - Sosok almarhum Adnan Buyung Nasution ternyata punya kisah sendiri bagi politikus PDIP Trimedya Padjaitan dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Menurut Trimedya, sosok Adnan berperan besar bagi dirinya untuk bisa bergabung dengan PDIP dan kenal dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga
"Kita kan anak buahnya dulu. Kenal Bang Buyung dari zaman saya di LBH. Dia itu orangtua, guru mendidik kita. Dia bisa membuat kita tahu di mana kekeliruan kita. Gue enggak bisa jadi kayak hari ini kalau bukan karena dia," ujar Trimedya di rumah duka, Rabu (23/9/2015) malam.
Advertisement
Dia pun menceritakan pernah diminta Adnan untuk membantu Megawati menangani kasus 27 Juli 1996. "Waktu 27 Juli gue di LBH, ada Bang Buyung. Saat itu Mega minta bantuan Bang Buyung. Terus saya diminta Bang Buyung ke sana," cerita Trimedya.
Saat ditanya apakah Megawati akan hadir untuk melayat, Trimedya tidak mengetahuinya. Meski demikian, menurut anggota Komisi III DPR itu Megawati selalu minta nasehat Adnan.
"Ibu kalau ada masalah apa-apa selalu bilang ke saya, coba tanya dulu ke Bang Buyung," tutup Trimedya.
Sosok Penuh Inspirasi
Tak hanya Trimedya, Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dan Gubernur Banten Rano Karno juga terlihat hadir di rumah duka.
Keduanya datang tak bersamaan. Airin tiba sejam lebih dahulu daripada Rano Karno. Airin juga lebih lama di dalam rumah duka untuk ngobrol bersama sanak keluarga almarhum.
"Tadi ngobrol sama anak-anaknya. Sama keluarga dari anaknya," ungkap Airin di rumah duka.
Dia mengaku mengenal sosok almarhum saat menjadi walikota pada 2011. "Sejak saya jadi walikota 2011. Orang yang sangat baik, sangat tegas. Kebaikannya menjadi inspirasi," tandas Airin.
Sedangkan bagi Rano Karno, almarhum adalah sosok seorang ayah. Meski jarang bertemu, dia selalu memperoleh ilmu.
"Dia saya panggil ayah, dia senior saya dalam hukum. Ya saya kalau bertemu, frekuensi pertemuannya tidak sering sih tapi berkualitas kalau sekalinya ketemuan," kata Rano.
Menurutnya, yang sering dibicarakan dengan Adnan adalah masalah hukum yang sering menjadi topik.
"Saya ngobrol sama beliau, tanya-tanya tentang hukum juga. Pokoknya, sekalinya ketemu tapi berkualitas pertemuannya. Waktu itu dia sudah sakit sih, jadi enggak bisa lama-lama ngobrolnya," pungkas Rano.
Gelar Pahlawan
Sementara itu, mantan aktivis 1998 Fadjroel Rachman mengatakan rencana untuk memakamkan almarhum di TPU Tanah Kusir seharusnya diubah.
Dia menyarankan agar almarhum bisa disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Dia juga meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi bisa melakukan hal tersebut dan memberikan gelar pahlawan.
"Alangkah baiknya Presiden Joko Widodo memberikan gelar pahlawan nasional kepala Pak Adnan Buyung Nasution, dan saya terus terang sangat berharap beliau besok pagi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," ujar Fadjroel di rumah duka.
Menurut dia, tidak ada seorang pun di Indonesia yang tidak mengetahui dan tidak mengakui gagasan demokrasi yang diberikan Buyung.
"Jadi sekali lagi saya benar-benar mengimbau kepada Presiden Joko Widodo. Untuk mempertimbangakan Bapak Adnan Buyung Nasution menjadi pahlawan nasional. Dan besok dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata," tegas Fadjroel.
Dia pun menjelaskan, proses tersebut dilakukan secara cepat oleh Presiden Soekarno.
"Dulu pernah, dilakukan oleh Soekarno terhadap Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri Indonesia pertama, saat meninggal di Swiss kemudian dibawa pulang dan dimakamkan di Taman Makam Kalibata dan diberi gelar pahlawan nasional," tegas Fadjroel. (Ado/Mar)