Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPRÂ Setya Novanto beserta dua wakilnya, Fadli Zon dan Fahri Hamzah, tiba di Tanah Air dari Tanah Suci. Mereka usai melaksanakan ibadah haji berdasarkan undangan resmi dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Kedatangan mereka awalnya bukan untuk memantau pelaksanaan haji karena sudah diurus oleh Ketua Tim Pengawas Fahri Hamzah. Namun dalam proses ibadah haji, menurut Setya, pihaknya mendengar tragedi Mina yang menewaskan ratusan anggota jemaah yang di antaranya berasal dari Indonesia.
Setya Novanto yang akrab disapa Setnov itu pun menceritakan pengalamannya menerobos ketatnya penjagaan Kerajaan Arab Saudi sesaat setelah mendengar kabar tragedi di Mina yang menelan korban jiwa lebih dari 1.000 jemaah dan korban cedera sekitar 800 orang.
Aksi 'menerobos penjagaan itu dilakukan rombongan pimpinan DPR, karena pihak kerajaan tidak memperbolehkan para tamunya sembarangan ke luar istana.
Agar diizinkan keluar, rombongan pimpinan DPR membohongi pihak protokoler, bahwa mereka hendak mencari makan di luar karena bosan dengan makanan di Istana. Setelah akhirnya diizinkan, rombongan tidak diberi fasilitas kendaraan dan harus berjalan sejauh 7 kilometer untuk mencari korban tragedi Mina dari Indonesia.
"Kita jalan kaki, bagaimana menerobos ke tempat kejadian, itu makan waktu panjang dan menemukan beberapa orang Indonesia tersesat," ucap Setnov saat menggelar jumpa pers di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/9/2015).
Politikus Partai Golkar ini menuturkan, rombongannya malah menemui kondisi yang makin ekstrem karena sudah banyak tentara Arab Saudi yang berpatroli. Mereka lagi-lagi harus berbohong berkali-kali agar bisa tetap 'berkeliaran' di luar Istana Kerajaan.
Setelah keluar dari Istana dan menuju rumah sakit, lagi-lagi rombongan tertahan karena dilarang masuk oleh petugas Rumah Sakit Emergency Mina. Mereka akhirnya harus menyusup dengan berjalan di samping mobil tentara yang masuk ke rumah sakit tersebut.
"Maka kita jalan di sampingnya (mobil tentara), kita menerobos tempat itu susah," tutur Setya.
Di rumah sakit itu, Setya mengaku menemukan beberapa anggota jemaah haji dari Indonesia yang belum mendapat pertolongan, termasuk dari petugas haji Indonesia. Kondisi itu diperparah ketika pihak Kementerian Agama dan Daerah Kerja (Daker) tak bisa dihubungi.
"Kita menunggu delapan jam di sana sebelum akhirnya (jemaah haji Indonesia) mendapatkan pertolongan," tandas Setya Novanto. (Ans/Yus)*