Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar berencana menggelar musyawarah nasional atau munas pada April 2016 mendatang. Perhelatan yang akan diikuti oleh dua kubu berseteru di partai berlambang pohon beringin ini dimaksudkan sebagai ajang rekonsiliasi serta memilih ketua umum partai periode 2016-2021.
Meski demikian, politikus muda Partai Golkar menilai masih ada indikasi dari salah satu faksi yang ingin menang sendiri dalam munas tersebut.
Baca Juga
"Munas ini belum tentu ada jaminan berjalan mulus. Masih ada indikasi yang terlihat dari salah satu pihak yang seolah-olah tidak ikhlas, mau menang sendiri dan lakukan langkah-langkah jauh dari rekonsiliasi," kata politikus muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia di Jakarta, Minggu (28/2/2016).
Advertisement
Dia membeberkan alasan dari penilaiannya tersebut. Di antaranya, belum ada kesepakatan dari semua pihak yang berkonflik untuk berdamai. Mereka masih ada ego antara Munas Bali dan Ancol. Dengan demikian, kepengurusan Munas Riau tidak menjadi kesepakatan bersama.
Baca Juga
"Masih ada musyawarah daerah (musda) dari kepengurusan Bali dan Ancol. Harusnya tidak ada lagi, harus ada moratorium musda-musda," papar Doli.
Selain itu, sambung dia, munas harus menghasilkan komitmen baru untuk mengangkat kembali kejayaan Golkar dengan cara tidak ada kepentingan lain. Selain kepentingan partai, tidak ada lagi kepentingan bisnis dan lainnya.
"Semua untuk kepentingan partai. Ini jadi penting berpengaruh pada cara berorganisasi," ujar dia.
Doli mengungkapkan, pemilih muda pada Pemilu 2019 mendatang sudah mencapai ratusan juta pemilih. Ini harus menjadi perhatian khusus Partai Golkar.
"Itu yang paling penting agar Golkar dalam kondisi normal saja, sulit. Ini memang tidak mudah, tapi harus diraih pemilih muda dan pemula ini," ucap dia.
Terkait masih adanya musda dari masing-masing kubu, akan membuat Partai Golkar jauh dari kata damai. Sebab langkah itu dianggap adanya pihak yang tidak rela dengan keputusan Menkumham Yasonna H Laoly tersebut.
"Ini artinya masih ada ketidakrelaan. Saya khawatir Munas ini hanya jadi topeng. Golkar menjadi partai bonsai. Saya khawatir seperti lagu 'Bengawan Solo', riwayatmu kini," kata pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing
Perbedaan dalam sebuah organisasi dinilai wajar. Namun dia memandang konflik Golkar harus diselesaikan secara internal. Jika tidak, partai akan ditinggalkan pemilihnya.
"Solusi terbaik adalah munas, semua faksi ada di sini semua. Tapi jangan sampai money politics. Ini diharamkan kalau partai ini mau besar," ucap dia.