Liputan6.com, Jakarta - Para nelayan Muara Angke yang tergabung dalam Komunitas Nelayan Tradisional (KNT) membawakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ikan sebagai pembuktian jika mereka adalah nelayan korban reklamasi Teluk Jakarta.
"Kami bawakan ikan tangkapan kami sebagai bukti di Muara Angke masih ada ikan, dan kami benar adalah nelayan teluk Jakarta," ujar perwakilan KNT, Iwan di Balai Kota Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Aksi ini dilakukan karena sebelumnya Ahok pernah menyatakan jika nelayan di Muara Angke sudah tidak ada. Sebab laut Jakarta sudah tercemar, sehingga mustahil untuk mendapatkan ikan.
Ikan yang dibawa para nelayan adalah bandeng, sangke, dan ikan petek. Iwan menjelaskan, keadaan berubah ketika reklamasi mulai dilaksanakan. Racun yang dikeluarkan urukan pasir berpengaruh terhadap sulitnya mencari ikan dan kerang hijau.
Baca Juga
Iwan mengatakan, 2 tahun sebelum reklamasi dilakukan, nelayan bisa mendapatkan ikan sekitar 50 kilogram. Kini berkurang hingga 90 persen atau hanya bisa mendapat 5 kilogram per harinya.
"Reklamasi untuk siapa? Pemodal asing atau untuk nelayan?" tanya nelayan yang sudah mengarungi lautan di Teluk Jakarta selama 10 tahun tersebut.
Namun ikan-ikan yang mereka bawa tidak diterima Ahok, melainkan oleh Kasubdit Pemantauan dan Penanganan Konflik Sosial Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta Soni Triwibawa.
Ahok tidak menemui nelayan itu karena yakin masalah reklamasi dipolitisasi. Menurut dia, nelayan hanya ribut dengan pulau reklamasi yang dilakukan oleh Agung Sedayu Group dan Agung Podomoro Land. Sedangkan reklamasi pulau yang lain tidak pernah diributkan.
"Mau nemuin saya urusan apa? Kalau mau berdebat, nggak bakal ketemu debatnya. Kenapa nelayan enggak pernah protes KBN (Kawasan Berikat Nusantara)? Hanya Sedayu dan Podomoro? Nelayan nolak reklamasi tinggalkan Muara Angke, (sedangkan) Muara Karang, Cakung itu reklamasi semua," tegas Ahok.