BNPB Klaim Titik Kebakaran Hutan di Riau Tahun Ini Menurun

Sutopo pun optimistis titik api di Indonesia akan semakin berkurang pada September mendatang.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 29 Agu 2016, 17:25 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2016, 17:25 WIB
Kebakaran Hutan
Kebakaran melanda puluhan hektare kawasan penangkaran gajah di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Kabupaten Pelalawan, Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan kembali melanda Provinsi Riau. Namun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai, titik api yang ada pada tahun 2016 lebih sedikit dibandingkan tahun lalu.

Kepala Pusat Data dan Informasi Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pihaknya mengambil perbandingan titik api (hotspot) 2015 dengan 2016, mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 29 Agustus. Hasilnya, terjadi penurunan yang sangat signifikan.

"Tahun 2015 ada 32.734 titik api. Tahun ini ada 12.884. Jadi ada penurunan 61 persen," tutur Sutopo di Kantor BNPB, Jalan Pramuka Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (29/8/2016).

Sutopo merinci, untuk tahun ini terpantau masih tersisa 138 titik api lagi yang ada di Indonesia dan masih dalam upaya penanganan. Sementara dari jumlah tersebut, 85 titik api di antaranya berada di Riau.

"Sebaran hotspot dari 85 titik api, 71 berada di Rokan Ilir. Ini yang menyebabkan 28 Agustus kemarin asap terbawa angin dan masuk Selat Malaka dan Singapura. Namun kualitas udara di sana (Singapura) masih baik," jelas dia.

Dia pun mengklaim untuk saat ini wilayah terdampak kebakaran hutan dan lahan di daerah Riau hanya sekitar kawasan provinsi itu.

"Pengaruh kebakaran di Riau hanya berdampak di wilayah Riau sendiri. Kondisi semuanya baik seperti di Kepri, Aceh, Jambi, dan Sumatera Utara. Berbeda dari tahun lalu yang berbahaya," terang Sutopo.

"Agustus tahun lalu sangat berbahaya di Pekanbaru, Palembang, Pontianak, Palangkaraya. Tapi tahun ini hanya di Pekanbaru," lanjut dia.

Sutopo pun optimistis titik api di Indonesia akan semakin berkurang pada September mendatang. Sebab, anomali cuaca La Nina pada bulan tersebut akan meningkatkan curah hujan, khususnya di kawasan Riau.

"Perbandingan hotspot pada September nanti akan banyak hujan. Dampaknya sampai akhir 2017. Jadi kita perkirakan kebakaran hutan tidak seperti tahun 2015," pungkas Sutopo.

Sebelumnya, asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau mulai menyelimuti Kota Pekanbaru, Kota Dumai dan beberapa kawasan lainnya. Kabut asap juga sudah melintasi Selat Malaka dan dikabarkan menyelimuti Singapura.

Sejauh ini, Satgas Karhutla Riau mulai dari darat dan udara berusaha menjaga kebakaran tak meluas. Helikopter melakukan water bombing, sementara tim darat menjaga api tak membesar dan mendinginkan areal kebakaran.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya