Cerita Megawati Saat 'Diusir' Warga di Papua

Megawati juga meminta tim monitoring selama di daerah untuk santun dan jangan merasa sok tahu.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 19 Nov 2016, 10:55 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2016, 10:55 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Dengan pengalaman puluhan tahun sebagai Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri tak sulit menceritakan kisah-kisah unik dan lucu saat bertemu kader atau mengunjungi suatu daerah.

Banyak hal yang diceritakan Megawati saat memberi pembekalan tim monitoring pilkada serentak 2017 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat, 18 November 2016.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat dan Bambang DH turut hadir mendampingi Megawati memberikan pembekalan kepada hampir 200 peserta dari berbagai daerah itu.

Megawati jadi teringat saat dirinya masih mahasiswa dan aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). "Bisa awet muda nih saya. Sudah banyak yang bisa gantiin saya,” ujar Megawati sambil tersenyum.

Megawati mengatakan itu karena sebelum memberi pengarahan, dia menerima cerita-cerita unik yang dialami para kader yang dikirim dan baru pulang dari beberapa daerah.

Dia mengingatkan para kadernya agar selalu bersemangat dan tidak mudah goyah dengan situasi yang dihadapi di lapangan. Karena menurut Megawati, dalam mengorganisasi orang dengan ikatan emosional kuat tidaklah mudah.

Ia bercerita saat melakukan perjalanan udara menembus Wamena, Papua, dengan pesawat kecil. Di tengah perjalanan udara, ia bertanya kepada sang pilot.

"Capt, bagaimana kemungkinan perjalanan ini," tanya Megawati kepada sang pilot. "Pesawat ini akan menembus awan. Kalau tidak ya jatuh," jawab pilot santai.

Mendengar jawaban itu, Megawati mengaku menyesal bertanya soal itu. Kontan seluruh peserta yang duduk di depan tertawa.

'Diusir' Warga

Megawati juga bercerita tentang respons warga di sekitar Puncak Jayawijaya saat hadir pada sebuah acara di Tanah Papua. Banyak warga yang hadir berasal dari berbagai daerah dan lembah, meski harus menempuh waktu berhari-hari.

Lebih repotnya, saat pertemuan digelar banyak yang tidak bisa berbahasa Indonesia.

“Saya akhirnya meminta satu orang menjadi penerjemah. Tapi orang itu pun mengaku tak sepenuhnya mengerti Bahasa Indonesia,” ucap Megawati.

Saking banyaknya yang hadir, tuan rumah kerepotan karena harus menyediakan makanan kepada tamu yang datang dari berbagai wilayah itu. Akibatnya, tuan rumah meminta Megawati segera pulang.

"Saya sampai diminta segera pulang. Saya tanya kok saya mau diusir segera pulang. Eh, enggak tahunya dia ngaku kerepotan ngurusin makanan mereka," ujar Megawati sambil tersenyum.

Megawati juga meminta tim monitoring selama di daerah untuk santun dan jangan merasa tahu. Aspirasi rakyat juga hendaknya didengarkan dan diberi masukan kepada mereka. "Karena kalian akan ketemu bermacam tipe manusia."

Selain itu, ia juga meminta kader PDIP untuk bersikap militan dalam mengemban tugas partai. Sebab, sebuah partai tak mungkin dapat terbangun dengan kokoh jika para kadernya tak memiliki semangat kuat.

"Waktu saya seumuran kalian saya preman, lo. Mana mungkin PDIP bisa begini kalau saya lemes-lemes. Gini-gini saya pernah diadang dan mau dikurung para preman pas ada konferda. Saya tanya kalian berani bunuh saya ya. Kok, waktu itu saya ngomong kok enggak kayak mikir ya,” ucap dia.

Merasa sudah hampir dua jam memberikan pengarahan dan berbagai pengalamannya memimpin PDIP, Megawati pun mengakhiri pengarahannya.

"Saya ini ketua umum lo. Iki kok disuruh pidato terus sama sekjen. Kalau pengacara itu bicara setengah jam, satu jam ada bayarannya lo, he..he... Tapi saya memang senang (pidato) karena bisa ketemu banyak orang, ketemu rakyat," ujar Megawati.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya