Liputan6.com, Jakarta - Nama Ali Sadikin tak bisa lepas dari sejarah pembangunan Jakarta. Tak hanya dikenal karena program-programnya mengentaskan kemiskinan, Bang Ali, sapaan Ali Sadikin, juga dikenal karena ide liar dan keberaniannya mengambil kebijakan yang berisiko.
Salah satu cerita Bang Ali yaitu mengenai kebijakan legalisasi judi di Jakarta. Dalam buku Bang Ali Demi Jakarta 1966-1977 yang disusun Ramadhan KH, Bang Ali mengatakan, rencana legalisasi judi karena kondisi keuangan DKI Jakarta yang saat itu sangat minim.
Sementara, dirinya dituntut untuk banyak mengejar pembangunan yang tertinggal, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Jakarta saat itu. Dia pun menginginkan agar praktek perjudian dilegalkan di Jakarta, tapi dengan aturan yang ketat.
Baca Juga
Advertisement
Nantinya dari kegiatan tersebut, pemerintah akan memungut pajak dengan jumlah besar yang akan digunakan untuk pembangunan Jakarta.
"Judi ini saya atur hanya untuk kalangan tertentu. Orang yang dalam way of life-nya tak bisa hidup tanpa judi, daripada menghamburkan uang jauh-jauh ke Macao, lebih baik uangnya untuk pembangunan Jakarta saja," ucap Bang Ali.
Sadar kebijakannya akan menuai protes keras dari kalangan masyarakat, Bang Ali meminta masukan dari jajarannya mengenai apakah ada aturan yang melegalkan judi di Jakarta.
Memang, dalam undang-undang saat itu, ada aturan yang membolehkan pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Namun, gubernur-gubernur sebelum Ali Sadikin tidak ada yang berani menerapkan aturan tersebut.
"Adanya aturan itu, membuat saya punya kekuatan. Saya akan tertibkan perjudian itu, dari judi saya akan pungut pajak," kata Ali Sadikin kepada stafnya, Djumadjitin, saat itu.
Aturan mengenai legalisasi perjudian itu pun akhirnya diterapkan, tapi tetap tak lepas dari kontroversi. Pajak judi diterapkan untuk kaum Tionghoa, yang dianggap sebagai budaya saat itu.
Umat Islam Haram Berjudi!
Untuk umat Islam yang mengharamkan perjudian, Bang Ali tetap melarang judi bagi warga Jakarta yang beragama Islam.
"Saya sahkan judi itu, mulai Lotere Totalisato, Lotto, sampai hwa-hwe. Tapi hanya orang China yang dibolehkan judi. Haram bagi orang Islam main judi. Judi hanya diselenggarakan pemerintah DKI bagi golongan tertentu," kata Bang Ali.
Kritik dan protes pun bermunculan setelah kebijakan itu digulirkan. Namun Bang Ali menghadapinya dengan tenang. Dia bahkan kerap menanggapi kritik dengan guyonan.
"Ke yang tidak setuju, saya bilang bapak-bapak kalau masih mau tinggal di Jakarta sebaiknya beli helikopter, karena jalan-jalan di Jakarta dibangun dari pajak judi," ucap Bang Ali menanggapi kritik yang muncul.
Tak hanya itu, pihak yang tidak suka dengan legalisasi judi di Jakarta menjuluki Bang Ali dengan sebutan "Gubernur Judi". Bahkan yang lebih parah mereka menyebut Bang Ali "Gubernur Maksiat".
"Malah, sampai ada yang menyebut istri saya madam hwa-hwe. Apa salah istri saya dengan kebijakan yang saya ambil, sampai dia kena getahnya?" kata Ali Sadikin.
Kritik dan protes tersebut dianggap Bang Ali sebagai sebuah risiko yang harus ia terima sebagai seorang gubernur.
"Saya harus berani berkorban unntuk menyelamatkan orang banyak. Saya ingin menciptakan pembangunan bagi Jakarta. Saya tidak mau melihat jalan rusak, saluran air mandek, rumah sakit mau runtuh dan sebagainya," kata Bang Ali.
Ali Sadikin merupakan pensiunan letnan jenderal KKO-AL (kini, Marinir) yang ditunjuk Presiden Sukarno menjadi Gubernur Jakarta pada 1966.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, serta Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan.
Advertisement