Polri Imbau Buruh Pilih Dangdutan Saat Aksi May Day

Dangdut dianggap sebagai alat peredam tindakan anarkistis yang dikhawatirkan terjadi saat aksi May Day.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 30 Apr 2017, 15:22 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2017, 15:22 WIB
20160105-May Day
Buruh menggelar aksi May Day di Bundaran Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang May Day atau Hari Buruh Internasional yang jatuh setiap 1 Mei, sejumlah serikat pekerja mempersiapkan diri turun ke jalan. Polri berharap, aksi buruh besok dapat berlangsung damai dan ceria tanpa adanya tindakan anarkistis.

"Saya berharap besok May Day lebih baik kita dangdutan saja," tutur Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasito saat sambutan dalam diskusi bertema 'Hari Buruh Jangan Dijadikan Komoditi Politik' di Gedung Juang 45, Jakarta Pusat, Minggu (30/4/2017).

Usulan menggelar dangdut ini bukan tanpa alasan. Sebab, menurut Setyo, dangdut merupakan salah satu budaya Indonesia yang berhasil di kancah internasional, khususnya ASEAN dalam pertarungan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Keberhasilan Indonesia itu hanya satu di MEA, itu lagu dangdut. Kontes dangdut ASEAN. Hasilnya warga negara Malaysia, Singapura, Thailand, dipaksa belajar bahasa Indonesia. Itu keberhasilan," jelas dia.

Dangdut juga bisa dijadikan alat peredam tindakan anarkistis yang dikhawatirkan terjadi saat aksi May Day. Diharapkan, Hari Buruh lebih dimaknai sebagai hari bahagia bagi seluruh buruh dan momen refleksi sejauh mana perjuangan buruh telah dilakukan.

"Untuk turun ke jalan tidak dilarang. Yang dilarang anarkis, merusak fasilitas umum, dan barang milik orang lain. Besok kita nikmati dengan suka ria, dengan dangdutan," pungkas Setyo.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya