Ketum PBNU: Rawat Semangat Insaniyah untuk Jaga Keharmonisan

Said Aqil mengatakan, manusia dalam bahasa Arab dinamakan insan. Dilihat dari terminologi bahasa, insan adalah kemanusiaan atau insaniyah.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 07 Jun 2017, 08:34 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 08:34 WIB
Jelang Pilkada, PBNU Doakan Jakarta Damai
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj memberikan ceramah saat Istighotsah untuk Jakarta Damai di PBNU, Jakarta, Jumat (7/4). Istighotsah digelar untuk mendoakan Jakarta Damai jelang Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Manusia memiliki amanat di muka Bumi ini, yakni membangun kehidupan yang damai dan harmonis. Apalagi umat Islam, yang secara terminologi saja, Islam berarti 'damai'.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj saat ceramah buka puasa bersama, di kediaman Ketua DPD Oesman Sapta, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Said Aqil menjelaskan, Islam berasal dari kata salam yang artinya 'damai' dan taslimi yang berarti 'total menyerahkan diri kepada Allah', dan salamah yang artinya 'selamat'.

Sedangkan manusia dalam bahasa Arab dinamakan insan. Bila dilihat dari terminologi bahasa, insan adalah kemanusiaan atau insaniyah, sehingga insan dan Islam sangat cocok dan sesuai.

"Dengan Islam, umat manusia akan menjaga kedamaian, penyerahan total kepada Tuhan demi keselamatan bersama," kata Said Aqil, Selasa, 6 Juni 2017.

Bila diciptakan agar harmonis, lalu kenapa belakangan banyak konflik yang terjadi antarumat Islam?

Aqil menjelaskan, konflik bisa dikategorikan sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu kemudian terbagi menjadi dua, yakni udubiyyah dan syahwatiyah.

Nafsu udubiyyah merupakan nafsu ingin menang dan harus ada di depan. Nafsu ini bukan dilarang, tapi tidak boleh mengganggu insaniyah dan tidak mengurangi tatanan hubungan keharmonisan masyarakat.

Sedangkan nafsu syahwatiyah merupakan nafsu ingin memiliki sesuatu. Boleh saja, bahkan Muslim harus mempunyai tatanan ekonomi yang kuat. Lagi-lagi tidak boleh mengurangi insaniyah dalam mencapai hal itu.

"Begitu kita tinggalkan semangat insaniyah, berarti kita sudah melalaikan meninggalkan amanat yang paling dipercaya, diberikan oleh Tuhan kepada kita dari lahir sampai nanti menghadap Allah kembali," ujar dia.

Said Aqil Siradj menambahkan, amanat insaniyah merupakan amanat yang paling melekat pada manusia sebelum amanat agama, jabatan, harta, atau amanat lainnya. Tentu tujuannya untuk membangun tatanan hidup yang harmonis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya