Liputan6.com, Jakarta - Sebuah akun di media sosial @miziwazza_, mengaku sebagai saksi mata saat peristiwa pemukulan Serda Wira Sinaga terhadap polisi lalu lintas Bripda Yoga Vernando terjadi. Akun tersebut menuturkan penyebab pemukulan dilakukan Serda Wira terhadap Bripda Yoga.
"Polisi itu ngejar warga yg mau di tilangnya. Dan ditengah jalan menyenggol oknum TNI itu. Dan diminta sama oknum TNI itu minta maaf. Dan dia malah laju motornya.. dan terjadilan pertempuran bukan mau menilang tentara. Lagian apa yang mau ditilang. Dia pake helm kok. Saya dilokasi kejadian pas didepan toko tempat saya bekerja," tulis akun @miziwazza_
Baca Juga
Akun lainnya, @dikipendung07, mengamini apa yang dikatakan @miziwazza. Bahkan, dia menandai helm Serda Wira Sinaga yang tergantung di stang kanan.
Advertisement
"Ini yang saya tandai helmnya," tulis @dikipendung07.
Namun, penelusuran Liputan6.com, dua akun tersebut sudah tidak ada, sehingga tidak bisa ditelisik lebih lanjut siapa si empunya akun tersebut.
Pada sisi lain, Komandan Resort Militer Wirabima Bukit Barisan Brigjen Abdul Karim di Markas Datasemen Polisi Milter AD di Jalan Ahmad Yani, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat 11 Agustus 2017, mengatakan anggotanya itu memang kerap tidak menggunakan helm saat berkendara.
"Memang tidak memakai helm saat melintas di sana (Jalan Jenderal Sudirman atau di depan Plaza Sukaramai)," kata Abdul Karim.
Abdul Karim mengatakan, Serda Wira dalam kesehariannya memang tidak pernah membawa helm. Dia selalu bersikap nyeleneh bila diingatkan sesama rekannya.
"Hari-harinya selalu seperti itu, suka nyeleneh juga orangnya," kata jenderal berbintang satu di pundaknya ini.
Perilaku Serda Wira sendiri tidak lepas dari kondisi kejiwaannya yang tidak stabil. Wira mulai menunjukkan kelakuan aneh, sehingga didiagnosis depresi oleh dokter di TNI AD setelah ditugaskan di Papua.
"Pada tahun 2012 sampai 2013 ditugaskan di Papua‎. Sekitar akhir 2013 pulang dan kemudian pada 2014 sudah mulai sakit," kata Karim.
Tidak hanya sekali, Wira rupanya pernah bermasalah dengan Polantas saat berdinas di Padang.
"Pada 2015, dia ini dipindahkan ke Korem Padang (Sumatera Barat), sempat berurusan pula dengan Polantas di sana setelah dua bulan berdinas," tutur Karim.
Pada 2016, anggota TNI itu dipindahkan ke Korem Wirabima Bukit Barisan di Riau. ‎Dia tidak mendapatkan jabatan karena dinilai tidak cocok lagi berada di satuan tempur.
"Makanya di sini (Korem) tak ada jabatan, tidak cocok lagi di satuan tempur karena sudah depresi," ujar Karim.
Meski demikian, proses hukum militer terhadap Wira tetap berjalan.
"Kita menyampaikan permohonan maaf dan proses hukum tetap jalan karena TNI AD tidak mentolerir kejadian seperti ini," ujar Kadispen AD Brigjen Alfret Denny Tuejeh kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat 11 Agustus 2017.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta maaf atas perilaku anak buahnya tersebut.
"Sekali lagi atas kejadian tersebut saya mohon maaf. Dan anggota tersebut sekarang sudah ditahan di Riau. Nanti kodam memberi penjelasan," kata Gatot Nurmantyo di Kementerian Dalam Negeri, Jumat, 11 Agustus 2017.
Saksikan video berikut ini: