Film Nakhoda Dari Ujung Barat Masuk 10 Besar Festival Film Pendek

Film Nakhoda Dari Ujung Barat merupakan karya inspiratif dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Aceh.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 07 Des 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 14:30 WIB
Film Nakhoda Dari Ujung Barat Masuk 10 Besar Festival Film Pendek
Film Nakhoda Dari Ujung Barat merupakan karya inspiratif dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Aceh.
Liputan6.com, Jakarta Film Nakhoda Dari Ujung Barat karya Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Aceh, Badan Pengembangan SDM Perhubungan berhasil masuk nominasi Festival Film Pendek Kemaritiman.  Kepala BP2IP Aceh, Hartanto, menuturkan bahwa film karya tim besutannya masuk 10 besar film pendek terbaik
 
"Kita berhasil masuk 10 besar, dari 400 lebih film yang ikut kompetisi," ungkap Hartanto saat menghadiri acara Malam Anugrah Budaya Maritim Indonesia 2017 pada selasa (5/12) di Kantor Kemdikbud, Jakarta.
 
Hartanto menjelaskan pula bahwa tujuan dari pembuatan film tersebut adalah untuk penyaluran bakat civitas BP2IP Aceh, sekaligus promosi dunia maritim, "film ini  kita buat tidak hanya untuk lomba, tapi juga untuk promosi sekolah dan juga mengekspos keindahan alam bahari dan budaya Aceh," jelas Hartanto.
 
Hartanto juga menambahkan, bahwa film Nakhoda Dari Ujung Barat adalah kisah perjuangan yang diharapkan mampu menginspirasi anak-anak Indonesia.
 
"Film ini tentang perjuangan anak pesisir yang meraih kesuksesan dengan jalannya masing-masing, semoga jadi inspirasi, karena hidup bukan tentang seberapa sukses, tapi seberapa besar usaha kita untuk meraihnya, itulah yang ingin kita sampaikan," tambah Hartanto.
 
Humas BP2IP Aceh, Maulidar saat ditanya menjelaskan bahwa film berdurasi 7 menit 51 detik ini diproduksi dalam waktu yang singkat.
 
"Mulai dari skenario, produksi, dan finalisasi itu waktunya sangat singkat, 2 minggu, tapi karena pimpinan kami fokus, kami bisa selesaikan sebelum batas akhir dari penyelenggara," jelas Maulidar.
 
Mengenai cerita film, Maulidar menjelaskan bahwa mereka mengangkat kehidupan masyarakat pesisir Aceh yang berjuang untuk menjadi pelaut.
 
"Kita mengangkat perjuangan rakyat pesisir, pasca tsunami, menceritakan kisah Adam dan Muklish yang bercita-cita menjadi pelaut, namun bencana tsunami memisahkan dan merenggut keluarga mereka," jelas Maulidar.
 
Maulidar menambahkan bahwa dalam pengambilan gambar mereka menonjolkan kekayaan daerah Aceh. "Kita ambil gambar berlatarkan keindahan alam bahari Indonesia di ujung barat, khususnya Aceh, film pendek ini juga menampilkan keindahan budaya, adat istiadat dan tempat bersejarah yang ada di Aceh.”
 
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), Djoko Sasono, mengungkapkan bahwa pihaknya mendukung lembaga diklat untuk ikut kompetisi ini.
 
"Alhamdulilah, saya senang dan bangga atas prestasi yang sudah dicapai ini. Saya juga mendukung, kegiatan semacam ini bisa menjadi saluran bakat bagi civitas akademika yang ada di sekolah-sekolah kita, dan ini sangat positif." ungkap Djoko.
 
Djoko mengharapkan kegiatan serupa dapat diikuti lebih banyak peserta didik di sekolah transportasi di lingkungan BPSDMP.
 
"Saya berharap kegiatan seperti ini sering diikuti, karena peserta didik kita kan masih remaja, banyak potensi dan bakat yang kalau tidak dibina akan susah berkembang," imbuhnya.
 
 
(*)
 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya