Liputan6.com, Jakarta Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menggelar pertemuan dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Gedung Bina Graha, Jakarta, Senin 12 Februari 2018.
Kunjungan Hadi Tjahjanto bisa disebut kunjungan pertama Panglima TNI ke seniornya. Selain menjaga hubungan baik, saling hormat, serta hubungan KSP dan TNI, pertemuan mendiskusikan keadaan terkini untuk menjamin situasi kondusif.
Baca Juga
Moeldoko meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menjaga profesionalitas institusi TNI.
Advertisement
"Pertama profesionalitas, yang kedua memperkuat integritas, baik yang keluar maupun ke dalam, ketiga netralitas," ujar Moeldoko melalui pesan tertulis, Rabu (14/2/2018).
Menurutnya, Marsekal Hadi akan memimpin TNI di masa industrialisasi gelombang keempat yang sangat luar biasa. Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Hadi mengingat Indonesia tak memiliki dukungan alutsista yang mumpuni.
"Panglima Hadi harus siap dengan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam, situasi politik demokrasi, saya kira hal yang biasa lah," ujarnya.
Sementara menjelang Pemilihan Presiden 2019, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu menyarankan Hadi, untuk memberi penyataan sikap yang tegas bahwa TNI tidak bisa dipengaruhi dan tidak mau dipengaruhi oleh siapapun.
"TNI harus bisa menjaga netralitas selama Pemilu. Kalau itu nanti bisa dijalankan dengan baik, maka Pak Hadi akan bisa menghadapi tahun politik," harap Moeldoko.
Sesama TNI
Seperti diketahui, Jenderal (Purn) Moeldoko pernah menjabat sebagai Panglima TNI pada 30 Agustus 2013 sampai 8 Juli 2015, atau di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dia digantikan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan kini Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadi memegang pucuk pimpinan TNI setelah dilantik Presiden Jokowi pada 8 Desember 2017.
Moeldoko yang dilantik menjadi Kepala Staf Kepresidenan sejak 17 Januari 2018 merupakan alumnus Akabri tahun 1981 dengan predikat terbaik dan meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa.
Dalam karir militernya, Doktor Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia ini pernah terlibat dalam beberapa operasi militer seperti Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995.
Advertisement