Jelang Ramadan, Muhammadiyah Minta Umat Jauhi Sikap Provokatif

Memasuki tahun politik, Muhammadiyah meminta umat Islam menjadikan puasa sebagai kekuatan ruhani dan moral yang mengedepankan politik santun, damai, dan rukun.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 14 Mei 2018, 18:24 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2018, 18:24 WIB
Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan cara dan pendekatan mengatasi terorisme selain dengan deradikalisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah resmi menetapkan awal puasa 1 Ramadan pada Kamis, 17 Mei 2018. Dengan dimulainya ibadah puasa Ramadan ini, Muhammadiyah meminta agar umat Islam di Indonesia menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas dan sesuai dengan ajaran Islam.

Ketua PP Muhammadiyah Haidar Nashir mengatakan dalam menjalankan puasa Ramadan, umat diminta kuatkan tekad dan ikhtiar untuk mewujudkan sikap takwa sebagai tujuan utama berpuasa, sehingga puasa Ramadan tidak berhenti pada formalitas dan menunaikan rukun semata.

"Jadikan puasa dan ibadah Ramadan sebagai proses perubahan menuju perilaku ihsan atau kebajikan utama yang membentuk kesalehan individual dalam ranah pribadi dan kesalehan sosial dalam kehidupan kolektif," ucap Haidar dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin (14/5/2018).

Haidar juga menjelaskan puasa dan segenap ibadah Ramadan lainnya hendaknya dijadikan momentum untuk membentuk dan memperkuat karakter diri setiap muslim dan warga bangsa untuk bersuri teladan yang baik.

"Hindari hal-hal yang mengarah pada dosa dan permusuhan, penyimpangan, penyelewengan, kekerasan, kedengkian, amarah, provokasi, teror, serta segala bentuk perilaku dan tindakan yang tidak berkeadaban dalam kehidupan pribadi dan antar sesama maupun dalam kehidupan berbangsa," ucap dia.

Haidar juga menekankan memasuki tahun politik, umat Islam harus menjadikan puasa sebagai kekuatan rohani dan moral yang mengedepankan politik santun, damai, dan rukun. 

Politik, menurut Haidar, harus dijauhkan dari perangai yang menebar permusuhan, perpecahan, keretakan, kegaduhan, korupsi, gratifikasi, politik uang, menggunakan segala cara, dan hal-hal yang merugikan kehidupan bangsa.

"Perbedaan pilihan politik harus tetap mengedepankan toleransi dan kebersamaan, serta tidak menjadikan antar komponen bangsa terbelah. Dukung-mendukung politik dilakukan secara wajar, beretika, dan berkeadaban agar tidak terjebak pada ekstremisme dan radikalisme dalam berpolitik," kata dia.

Kecam Bom Surabaya

Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan cara dan pendekatan mengatasi terorisme selain dengan deradikalisasi.

Haidar juga menyampaikan kembali kecamannya terhadap peristiwa bom di Surabaya dan Sidoarjo diiringi dukacita serta bersimpati kepada korban yang tak bersalah akibat perbuatan biadab tersebut.

Haidar berharap teror bom di tiga gereja tidak mengganggu hubungan antar umat beragama yang selama ini telah berjalan baik dan harmoni.

Dia juga meminta semua pihak untuk tetap tenang, serta tidak mengembangkan berbagai asumsi negatif yang memberi ruang pada saling curiga dan sentimen sosial yang bermuara pada terganggunya kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Jadikan bulan Ramadan sebagai wahana perenungan rohani dan introspeksi diri bagi seluruh elite dan warga atas segala sikap-tindak yang selama ini dilakukan secara individual maupun kolektif sebagai bangsa," Haidar menandaskan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya