Jelang Dioperasikan, Berapa Tarif MRT?

Tarif MRT Jakarta dikaji Pemprov DKI Jakarta sebelum penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2019.

oleh Ika Defianti diperbarui 23 Okt 2018, 08:38 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 08:38 WIB
Fase 1 MRT Mencapai 96 Persen
Kereta mass rapid transit (MRT) terparkir di depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (28/8). Progres konstruksi moda transportasi MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI kini mencapai hampir 96 persen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Moda transportasi publik merupakan bagian penting bagi para pekerja dari kota-kota penyangga yang bekerja di Ibu Kota. Bahkan, mereka rela berangkat pagi buta agar tidak terlambat. Hal tersebut disebabkan karena kemacetan di Jakarta kini semakin tak dapat diprediksi.

Kadang kala, mereka rela mengeluarkan ongkos lebih untuk berpindah ke transportasi lainnya saat ada gangguan pada sistem transportasi tertentu. Salah satu karyawan di kawasan Blok M asal Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Mustika Tanjung, mengharapkan adanya transportasi terintegrasi yang baik di kawasan Dukuh Atas Jakarta Pusat.

Mustika menceritakan setiap hari berangkat kerja pukul 06.30 WIB guna mengejar kereta commuterline Tambun-Jakarta Kota pukul 07.00 WIB. Agar bisa sampai ke Blok M, dia harus transit di Stasiun Manggarai guna berpindah ke kereta arah Stasiun Tanah Abang.

Kemudian, dia akan turun di Stasiun Sudirman dan biasanya tiba sekitar pukul 08.15 WIB. Perjalanan panjang yang Mustika tempuh tersebut memakan biaya Rp 4 ribu.

Stasiun Sudirman sampai Blok M hanya berjarak kurang lebih 7,5 kilometer dan dapat diakses menggunakan transportasi publik seperti Metromini, Kopaja, Transjakarta, atau angkutan lain berbasis aplikasi.

Sebelumnya, Mustika mencoba menggunakan Transjakarta dari Halte Dukuh Atas 1-Blok M dengan tarif Rp 3.500 dapat ditempuh 30 menit.

Bila mendekati waktu kerja yakni pukul 09.00 WIB, Mustika memilih menggunakan transportasi berbasis aplikasi dari Stasiun Sudirman dan dikenakan tarif Rp 18 ribu. Hanya saja, akhir-akhir ini dia memilih menggunakan Trans Komuter dengan tarif Rp 2 ribu. Menggunakan jalur berbeda dan tidak terkena kemacetan menjadi alasan utama bagi Mustika.

Kendati begitu, dia masih harus berjalan kaki kira-kira satu kilometer dari Stasiun Sudirman menuju Halte Tosari dekat Bundaran Hotel Indonesia (HI). Untuk bus Trans Komuter tujuan Blok M saat pagi hari, Mustika menyebut tidak tersedia banyak. Sehingga, harus tepat waktu bila tidak ingin tertinggal.

"Jalan dulu ke Tosari, Trans Komuter pukul 08.30 WIB, kalau ketinggalan nunggu lama. Jadi mesti cepet-cepet jalannya dari Stasiun Sudirman," kata Mustika kepada Liputan6.com.

Setelah mengetahui adanya rencana pengoperasian MRT Jakarta, Mustika menginginkan adanya ketepatan waktu dalam perjalanannya. Sebab, selama berkerja selama kurang lebih satu tahun di Blok M, kemacetan menyebabkan dia harus berpikir setiap harinya untuk memilih transportasi yang tepat.

"Pasti akan nyoba, apalagi pekerja arah Blok M dari Stasiun Sudirman sangat banyak, ini juga pertama di Indonesia. Kita harus liat apakah keretanya tepat waktu seperti di luar negeri atau tidak," ucapnya.

Sementara untuk tarif MRT Jakarta, Mustika mengaku tidak terlalu mempersoalkannya. Terpenting, bagi dia yaitu tarif yang terjangkau. "Selama itu terjangkau nggak masalah, asal sampai Blok M tepat waktu aja," jelas Mustika.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tarif MRT Jakarta Masih Dikaji

Sementara itu, untuk tarif MRT Jakarta masih dikaji Pemprov DKI Jakarta sebelum penetapan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2019. MRT Jakarta menargetkan sebanyak 173.400 penumpang dapat diangkut setiap harinya.

Target ini dinilai dapat tercapai bila bisa memberikan tarif yang terjangkau kepada masyarakat. Rencananya, tarif tersebut diukur berdasarkan jarak yang ditempuh. Terdapat dua pilihan tarif dari MRT Jakarta, pertama Rp 8.500 setiap 10 kilometer dan Rp 10 ribu dengan jarak yang sama.

Keduanya dibedakan pada tarif setiap kilometer nya yaitu Rp 700 setiap kilometer untuk tarif Rp 8.500 dan Rp 850 setiap kilometer untuk yang Rp 10 ribu. Sehingga, berdasarkan dua usulan tersebut dan Lebak Bulus-Bundaran HI dikenakan tarif Rp 12 ribu dan Rp 14 ribu untuk jarak 14,6 kilometer.

Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Agung Wicaksono menyatakan, besaran tarif tersebut ditetapkan setelah dilakukannya survei berdasarkan kemauan membayar masyarakat atau willingness to pay.

"Kita sudah mengajukan (ke Pemprov DKI), pembahasan APBD kan masuk November. Sebelum beroperasi sudah harus diputus (tarif)," kata Agung.

Tak hanya itu, pihak MRT Jakarta juga mengajukan dua skema kepada Pemprov DKI Jakarta mengenai kepemilikan aset serta biaya operasional. Sebab jumlah subsidi yang diberikan juga bergantung pada pembagian aset dan moda transportasi ini.

Pertama yakni sebagian aset prasarana seperti lintasan kereta,terowongan, jembatan menjadi milik Pemprov DKI Jakarta. Sedangkan pilihan kedua semua aset diserahkan seluruhnya kepada MRT Jakarta. Akan tetapi mengakibatkan biaya operasional dan pemeliharaan semakin tinggi.

"Kepemilikan aset itulah yang menentukan besaran subsidi, kami belum tahu formula mana yang akan digunakan," jelasnya.

Jenis Tiket MRT Jakarta

Kabiro Perekonomian DKI Jakarta Sri Haryati mengaku, Pemprov DKI Jakarta masih terus melakukan pembahasan penentuan tarif MRT Jakarta. Pengujian ini didasarkan pada beberapa komponen tarif.

"Akhir Oktober Insyaallah selesai," kata Sri di Balai Kota, Jakarta Pusat.

Kemudian untuk menggunakan MRT Jakarta masyarakat dapat menggunakan beberapa jenis tiket. Di antaranya yaitu tiket sekali perjalanan atau single trip dan tiket yang dapat digunakan berulang kali atau multi trip. Masa berlaku kartu single trip selama tujuh hari terhitung sejak pembelian pertama.

Sedangkan kartu multi trip dapat digunakan selama saldo masih mencukupi untuk digunakan saat perjalanan. Mesin-mesin isi ulang tiket single trip ataupun multi trip dapat ditemukan di kawasan concourse stasiun. Nantinya loket hingga mesin pengecek kartu guna melihat jumlah saldo dan informasi tiket berada di lokasi yang sama.

"Kalau multi trip dia udah punya kartu ada nilainya, nanti akan dipotong nilanya (berdasarkan tujuannya). Tiket single trip kita arahkan satu kali perjalanan, masih bisa refund," ujar Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Agung Wicaksono.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya