Jokowi: Jangan Beli Alutsista yang Sudah Usang dan Ketinggalan Zaman

Jokowi ingin Indonesia menjadi negara yang kuat dan disegani di kawasan Asia Timur.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 22 Nov 2019, 15:16 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2019, 15:16 WIB
Jokowi Pimpin Rapat Terbatas
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Rapat terbatas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu mengangkat topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi meminta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyiapkan sistem pertahanan untuk mengantisipasi perang di masa mendatang. Jokowi ingin pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) dengan teknologi yang modern sehingga tidak ketinggalan zaman.

Hal ini disampaikan Jokowi saat memimpin rapat terbatas pengadaan alutsista di Kantor Presiden Jakarta, Jumat (22/11/2019). Dia menilai, pengadaan alutsista juga harus mempertimbangkan corak peperangan di masa depan.

"Jangan sampai pengadaan alutsista kita lakukan dengan teknologi yang sudah usang, sudah ketinggalan dan tidak sesuai dengan corak peperangan di masa yang akan datang," kata Jokowi.

Menurut dia, Indonesia harus menjadi negara yang kuat dan disegani di kawasan Asia Timur. Untuk mencapai hal itu, Jokowi menyebut, diperlukan penguatan alutsista modern namun tetap berstandar pada kemampuan industri alat pertahanan dalam negeri.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menekankan, penguatan industri pertahanan bisa terealisasikan apabila memiliki roadmap yang jelas dalam pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Namun, dia meminta, agar Prabowo turut melibatkan BUMN dan swasta sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor alutsista.

"Kedua kita juga harus memastikan adanya alih teknologi dari setiap pengadaan alutsista maupun program kerjasama dengan negara negara lain," ujar Jokowi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Terpikat Rudal Swedia

Deretan Senjata Canggih Dipamerkan pada HUT ke-70 RRC
Kendaraan militer membawa rudal balistik DF-17 dalam parade HUT ke-70 RRC di Beijing, China, Selasa (1/10/2019). DF-17 merupakan rudal balistik berkecepatan hipersonik yang bisa mencapai daratan Amerika Serikat. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Sebelumnya, pada 21 November 2019, di Jakarta, Dubes RI untuk Swedia, Bagas Hapsoro melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.

Tujuan utama pertemuan untuk menjajaki peningkatan kerja sama sektor pertahanan RI-Swedia, antara lain dalam bidang pertahanan maritim; industri, teknologi, dan pendidikan pertahanan; terorisme; pasukan perdamaian; hingga kerja sama dan pelayanan kesehatan militer.

Indonesia dan Swedia telah menyepakati agar Memorandum Kesepahaman (MoU) tentang Kerja Sama Dalam Bidang Pertahanan yang telah ditandatangani kedua Menhan RI dan Swedia pada Desember 2016 segera dilaksanakan. Namun demikian supaya perjanjian tersebut dapat diimplementasikan, perlu diratifikasi oleh DPR-RI terlebih dahulu.

"Indonesia memerlukan pemenuhan kebutuhan persyaratan yang telah disepakati kedua belah pihak, yaitu adanya alih teknologi dan penggunaan bahan-bahan produk lokal. Swedia juga menjanjikan peluang job creation bagi Indonesia," ujar Bagas.

Prabowo menyatakan bahwa untuk MoU, akan segera diselesaikan ratifikasinya. Ia juga menyatakan kekagumannya atas inovasi dan teknologi pertahanan Swedia.

"Saya tertarik dengan teknologi sistem pertahanannya, khususnya rudal dan radar," ujar Prabowo seperti dikutip dari pernyataan tertulis KBRI Stockholm yang diterima Liputan6.com, Kamis (21/11/2019).

"Saya juga ingin seluruh taruna kita belajar ke luar negeri, agar pemahaman tentang pertahanannya meningkat, juga kemampuan bahasanya. Saya yakin tentara-tentara kita akan jauh lebih unggul dibanding negara lain," tambah Prabowo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya