Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali menyampaikan perkembangan terkini kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Salah satunya, Luhut menyampaikan prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan terjadi pada awal Februari 2022.
Advertisement
Baca Juga
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, puncak varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta.
"Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari," kata Luhut dalam keterangan persnya dikutip, Rabu (12/1/2022).
Meski begitu, Luhut mengingatkan agar masyarakat jangan panik menghadapi kenaikan kasus. Ia meminta agar masyarakat tetap tenang.
Berikut sederet pernyataan terkini Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan soal perkembangan terkini kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia dihimpun Liputan6.com:
1. Prediksi Puncak Kasus Omicron di Indonesia Terjadi Awal Februari 2022
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memprediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia terjadi pada awal Februari 2022.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, kata dia, puncak varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari, lebih cepat dari varian Delta.
"Untuk kasus Indonesia, kita perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari," kata Luhut dalam keterangan persnya dikutip, Rabu (12/1/2022).
Advertisement
2. Sebut Penanganan Omicron Berbeda dengan Varian Delta
Menurut Luhut, strategi penanganan varian Omicron akan berbeda dengan varian Delta. Pasalnya, Luhut mengatakan sebagian besar kasus varian Omicron yang terjadi diperkirakan akan bergejala ringan.
"Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron," ucap dia.
"Saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain," sambung Luhut.
3. Yakini Puncak Kasus Omicron di Indonesia Tak Setinggi Negara Lain
Meski memprediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan terjadi pada awal Februari mendatang, Luhut meyakini kenaikan kasus Omicron di tanah air tidak akan setinggi negara-negara lain.
"Dengan berbagai kesiapan dan belajar dari pengalaman yang lalu, saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain," terang dia.
Menurut dia, Indonesia saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron. Hal ini dikarenakan tingkat vaksinasi Covid-19 serta kapasitas testing dan tracing pasien virus corona di Indonesia sudah lebih tinggi.
Selain itu, Luhut menyebut sistem kesehatan Indonesia juga sudah lebih siap. Mulai dari, obat-obatan (termasuk molnupiravir dari Merck), tempat tidur RS, tenaga kesehatan, oksigen, hingga fasilitas isolasi terpusat.
Advertisement
4. Minta Masyarakat Jangan Panik dan Tetap Bekerjasama
Meski mengakui Indonesia siap menghadapi gelombang Omicron, Luhut mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Luhut juga meminta masyarakat tak panik apabila kasus Covid-19 di Indonesia melonjak naik.
"Kasus kemungkinan akan naik tapi kita jangan panik. Kita harus tetap waspada dan terus bekerja sama. Kita harus bersatu padu menghadapi musuh bersama varian Omicron," ujar dia.
"Karena hanya dengan bersatu, kita bisa mengatasi gelombang baru dan keluar dari pandemi Covid-19 ini," sambung Luhut.
5. Imbau Masyarakat Tak Keluar Negeri
Luhut pun kembali mengimbau masyarakat untuk tidak bepergiran dulu keluar negeri dalam 2 sampai 3 minggu depan.
"Saya ingin sampaikan pada teman-teman semua, hari ini jumlah kasus mencapai 802 kasus. Sebagian besar disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri," terang Luhut.
"Oleh karenanya, untuk kesekian kalinya, kami sekali lagi mengimbau masyarakat untuk tidak berpergian dulu ke luar negeri dalam 2-3 minggu ke depan," sambung dia.
Disisi lain, Luhut memastikan pemerintah akan memonitor secara ketat perkembangan kasus dan akan mengambil langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
"Perawatan di RS akan menjadi salah satu indikator utama. Kami akan high alert ketika BOR mendekati 20-30 persen," jelas Luhut.
(Elsa Usmiati)
Advertisement