Status Anak Krakatau Naik, Masyarakat Dilarang Mendekat di Radius 5 Km dari Puncak

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan memastikan naiknya level status Gunung Anak Krakatau (GAK) bukan sesuatu yang mendadak.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 25 Apr 2022, 16:05 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 16:05 WIB
krakatau
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan memastikan naiknya level status Gunung Anak Krakatau (GAK) dari tingkat dua ke tiga atau waspada ke siaga bukan sesuatu yang mendadak.

Menurut dia, semua aspek sudah dianalisis secara cermat, baik visual dan kegempaan Gunung Anak Krakatau.

"Kondisi meningkatnya kegempaan diikuti tremor menerus yang amplitudonya semakin hari kian meningkat, jadi ini kecocokan aktivitas visual dan kegempaan," kata Hendra saat jumpa pers daring yang diikuti Liputan6.com, Senin (25/4/2022).

Hendra menjelaskan, kondisi tekanan yang ada dalam tubuh gunung mulai terekam intensif sejak 21 April 2022. Hal tersebut berkorelasi dengan meningkatnya tinggi abu yang mencapai 3000 meter yang dihitung dari tinggi muka air laut.

Selain itu dari pemantauan emisi SO2, lanjut Hendra, terjadi peningkatan pada 15 April. Dari yang semula dikeluarkan 68 ton per hari, menjadi meningkat 181 ton per hari pada 17 April dan terakhir pada 23 april melonjak menjadi 9.000 ton per hari.

"Pola ini yang menjadi dasar sehingga 24 April 2002 pada pukul 18.00 waktu setempat, Badan Geologi menaikkan status aktivitias GAK dari level 2 (waspada) ke level 3 (siaga) di mana rekomendasi yang disampaikan adalah tidak mendekat ke GAK dalam radius 5 KM dari kawah aktif," tegas Hendra.

Hendra mengimbau, masyarakat yang tinggal di luar radius 5 km dari puncak agar tidak panik dan selalu mencari info terbaru dari sumber resmi. Dia memastikan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, dan BMKG karena ada bahaya potensi sekunder dari aktivitas erupsi GAK melihat situasi yang terhadi saat ini.

"Potensi sekundernya adalah longsor dari tubuh gunung seperti 2018, tapi mengingat tubuhnya masih kecil maka potensi itu kita harap juga masih kecil. Jadi ke depan kita akan evaluasi bahaya sekunder ini dengan menggabungkan pengamatan visual GAK dan gerakan tanah karena ini mitigasi dari badan geologi," Hendra memungkasi.

Pantau Intensif

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengungkap visual Gunung Anak Krakatau belum teramati usai statusnya dinaikkan. Minggu 24 April 2022 malam, status gunung tersebut naik dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Bagian Barat PVMBG Badan Geologi KESDM, Nia Haerani, mengatakan kondisi Gunung Anak Krakatau hingga pukul 10.00 WIB tertutup kabut. Sementara, kegempaannya menurun.

"Tetapi dari segi kegempaan saya lihat sudah menurun. Maksudnya gempa-gempa tremornya dia amplitudonya sudah menurun, namun demikian nah ini kita tetap pantau terus karena kan fluktuatif ya kadang naik, kadang turun. Makanya kita memantau 24 jam, ya mudah - mudahan turun terus. Tetapi kan kita belum bisa memprediksi ke arah itu, kita lihat nanti sejak statusnya Siaga laporannya dibuat per enam jam," ujar Nia kepada Liputan6.com, Bandung, Senin, 25 April 2022.

Dia mengatakan, laporan akan dilakukan per enam jam, usai penaikan status Gunung Anak Krakatau yaitu periode pukul 06.00-12.00 WIB.

Nia menuturkan sejak awal 2022, Gunung Anak Krakatau sudah mengalami tiga kali letusan atau erupsi.

"Pada Januari-Februari, kemudian Maret dan April. Yang di April ini secara visual ada perubahan material yang dikeluarkan. Kalau yang Januari hingga Maret itu hanya mengeluarkan material abu," kata Nia.

Tetapi pada letusan April 2022, Gunung Anak Krakatau dibarengi dengan keluarnya aliran lava selain abu vulkanik dan lontaran batuan pijar.

Namun kondisi ini, sebut Nia, merupakan karakter khas Gunung Anak Krakatau. Itu terjadi sejak 1927.

"Jadi bukan sesuatu hal yang luar biasa. Kalau kita perhatikan sejak tahun 1927 memang kondisinya seperti ini. Erupsi abu diselingi lontaran batuan pijar atau disebutnya letusan type strombolian dan aliran lava," ucap Nia.

Kronologi

Dalam surat bernomor 184.Lap/GL.05/BGL/2022, Badan geologi menerangkan hasil pemantauannya hingga meningkatkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke Level III atau Siaga pada Minggu (24/4/2022).

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Balai Geologi, Eko Budi Lelono, yang dikirimkan oleh Deni Mardiono, petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau (GAK) Pasauran, menerangkan, karakter letusannya berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara 1–6 tahun.

Erupsi-erupsi ini menghasilkan abu vulkanik dan lontaran lava pijar serta aliran lava. Pemantauan sudah dilakukan sejak 1-24 April 2022 melalui pos pantau di Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, dan pos pantau di Kalianda, Lampung.

Tinggi kolom hembusan sekitar 25-3.000 meter dari atas puncak. Arah hembusan tergantung arah angin, namun umumnya abu vulkanik mengarah ke Utara, timur laut, tenggara, selatan, barat daya, barat laut dan tenggara.

Kemudian berdasarkan pengamatan instrumental kegempaan selama 1-24 April 2022, ditandai dengan terekamnya 21 kali gempa letusan, 155 kali gempa hembusan, 14 kali harmonik, 121 kali gempa low frequency, 17 kali gempa vulkanik dangkal, 38 kali gempa vulkanik dalam, dan Tremor terus menerus dengan amplitudo 0.5-55 mm. Lalu, terekam 2 kali gempa tektonik lokal, 6 kali gempa tektonik jauh dan 1 gempa terasa dengan skala I MMI.

"Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real time seismic amplitude measurement) menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan meningkat tajam sejak 15 April 2022. Pengukuran deformasi dengan menggunakan Tilmeter yang dipasang di Stasiun Tanjung menunjukkan fluktuasi komponen X (tangensial) dan Y (radial). Inflasi pada tubuh Gunung Anak Krakatau teramati sejak tanggal 18 April 2022 dan sedikit mulai intens teramati sejak tanggal 22 April 2022," begitu isi surat tersebut yang dikutip pukul 21.30 WIB, hari Minggu, 24 April 2022.

Erupsi Terus Menerus

Dari hasil tersebut, kemudian dievaluasi terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau yang hingga kini masih erupsi terus-menerus, dengan perubahan erupsi yang semula dominan abu menerus, menajadi tipe atrikbolian menghasilkan lontaran lava pijar pada tanggal 17 April 2022.

Selanjutnya pada tanggal 23 April 2022, sekitar pukul 12.19 WIB, teramati lava mengalir dan masuk ke laut. Hasil estimasi energi seismik saat ini teramati meningkat tajam bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus dan semakinintensnya kejadian erupsi yang menerus. Peningkatan ini diikuti pula dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan fluktuasi pola inflasi dan deflasi.

"Data emisi SO2 berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, 15 April 68,4 ton/hari, 17 April semakin meningkat dengan 181,1 ton/hari dan 23 April melonjak drastis dengan 9219 ton/hari," bunyi kutipan selanjutnya.

Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini. Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan, berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.

Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kilo Ton. Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 sebanyak 12,4 kilo Ton, dan September-Oktober 2018 19,4 kilo Ton.

"Berdasarkan data pemantauan visual dan instrumental serta pantauan emisi SO2 bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ada kecenderungan meningkat dan belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya