Liputan6.com, Jakarta Sisik ikan merupakan salah satu bagian yang dinilai tak memiliki nilai. Namun ternyata Unit Pengolah Ikan (UPI) di Boyolali, Jawa Tengah berhasil mengubahnya menjadi produk bernilai tinggi bahkan sampai berhasil tembus ke pasar internasional.Â
Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Ishartini menyebut hasil sampingan produk perikanan berupa sisik ikan yang diolah oleh unit pengolah ikan (UPI) di Boyolali, Jawa Tengah berhasil menembus pasar ekspor Jepang dan India, melalui pemanfaatan berbasis zero waste.Â
"Ikan merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan seluruhnya (zero waste). Tidak hanya dagingnya saja yang dapat dimanfaatkan, tetapi kulit, tulang, sirip, dan seluruh bagian ikan dapat diolah dan dimanfaatkan," ujar Plt. Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Ishartini dalam keterangan tertulis, Rabu (22/2).Â
Advertisement
Ishartini menambahkan, UPI PT. Marine Biogel Indonesia di Kabupaten Boyolali adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan limbah ikan (waste) yaitu sisik ikan. Selain itu dia menjelaskan, dengan proses dan perlakuan tertentu, sisik-sisik tersebut menjadi bahan baku pembuatan kolagen yang bermanfaat untuk mencegah penggumpalan darah, menyembuhkan luka lebih cepat, menjaga kesehatan sistem syaraf tubuh, dan lain sebagainya.Â
"Dengan kandungan protein yang tinggi dibutuhkan dalam jumlah yang besar bagi industri makanan, kosmetik, obat-obatan, dan lain sebagainya," ujar Ishartini.Â
Â
Mengingat adanya peluang tersebut, Ishartini mengajak pelaku industri perikanan budidaya maupun UMKM dalam negeri untuk bisa memenuhi kebutuhan sisik tersebut. Terlebih sejak beroperasi pada tahun 2021, PT. Marine Biogel Indonesia telah menyerap 35 tenaga kerja dengan komposisi 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan dimana 22 orang berstatus tenaga kerja tetap dan sisanya 13 orang sebagai tenaga kerja harian.Â
Dengan proses produksi yang sederhana, PT. Biogel dapat menampung tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus. Mereka cukup dibekali dengan pelatihan quality control serta didampingi kepala produksi yang memiliki sertifikat mutu untuk menghasilkan produk yang berkualitas.Â
"Produk akhir yang diproduksi telah mampu menembus pasar ekspor dengan tujuan utama Jepang dan India dengan omset yang dihasilkan mencapai Rp25-50 miliar/tahun," jelasnya.Â
Keberhasilan sisik ikan tembus ke pasar internasional karena Ditjen PDSPKP memfasilitasi industri melalui penyediaan informasi pasar serta perluasan akses pasar dalam dan luar negeri. Ishartini menegaskan jajarannya juga terus berupaya mengedukasi pelaku usaha terkait pemenuhan persyaratan pasar, penguatan ketertelusuran, hingga mengedukasi pentingnya diversifikasi produk dan nilai tambah.Â
"Tidak lupa juga kita lakukan promosi dan branding produk serta peningkatan pasokan bahan baku untuk industri pengolahan ikan nasional, dan lain sebagainya," tuturnya.Â
Â
Sementara Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin saat mengunjungi UPI tersebut beberapa waktu lalu memberikan apresiasi adanya hilirisasi produk perikanan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Menurutnya, sisik ikan yang sering dianggap sebagai limbah atau waste bisa dijadikan sesuatu yang bernilai tambah tinggi sekaligus bisa diekspor.Â
"Inikan suatu hal yang luar biasa, saya berbicara dengan Ibu Dirjen dari PDSPKP kalau sisik ikan dari Indonesia semua dikumpulkan masing-masing kabupaten ada pengepulnya kan menjadi cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku," ujar Sudin.Â
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan bahwa program ekonomi biru mampu memacu pertumbuhan industri hilirisasi dalam sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
Â
(*)