Cuaca Jabodetabek Hari Ini Cerah Berawan Seharian

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan DKI Jakarta hari ini, Minggu (11/6/2023) langit akan cerah berawan. Cuaca cerah berawan dilaporkan terjadi pada pagi hingga malam nanti di semua wilayah Ibu Kota.

oleh Aries Setiawan diperbarui 11 Jun 2023, 06:42 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2023, 06:41 WIB
Langit Biru Hiasi Jakarta
Cuaca Jakarta dan sekitarnya diperkirakan cerah berawan pada hari ini, Minggu (11/6/2023). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan DKI Jakarta hari ini, Minggu (11/6/2023) langit akan cerah berawan. Cuaca cerah berawan dilaporkan terjadi pada pagi hingga malam nanti di semua wilayah Ibu Kota.

Berdasarkan prakiraan BMKG, tidak ada hujan sama sekali yang turun hingga malam hari di semua wilayah DKI Jakarta.

Begitu juga di wilayah penyangga Jakarta yakni, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi. Meski Bogor bakal diselimuti langit berawan, pada siang hari dan hujan ringan di malam hari.

Selain itu, BMKG juga mengungkap ada potensi hujan angin disusul angin kencang hingga malam untuk sebagian wilayah Bogor.

"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dengan skala lokal pada waktu siang hingga menjelang malam hari di sebagian wilayah Kab dan Kota Bogor," info BMKG diperingatan dini cuaca besok, Minggu.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah Berawan   Cerah Berawan
 Jakarta Pusat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Timur  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi  Cerah Berawan   Cerah Berawan   Cerah Berawan 
 Depok  Cerah Berawan   Cerah Berawan  Cerah Berawan 
 Bogor  Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Tangerang  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan

Cuaca Panas Sampai Kapan Terjadi di Indonesia? Ini Penjelasan BMKG

Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Warga menggunakan payung saat berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam bebrapa hari terakhir. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Cuaca panas dan gerah di Indonesia masih terasa saat ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan ada sejumlah faktor penyebab yang membuat suhu panas dan terasa gerah di Indonesia. Lalu hingga kapan cuaca panas ini berlangsung?

Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan Indonesia merupakan negara tropis dan temperature di kisaran 30-an derajat Celsius.  Saat ini ada perubahan siklus tahunan, menurut Ardhasena hal itu terjadi lantaran gerak semu matahari dari utara ke selatan. Hal tersebut membuat temperatur naik pada April dan Mei, kemudian kembali terjadi pada September, Oktober.

"Dampak di Indonesia temperatur naik, (terasa gerah-red), kenaikan (temperature) 1-2 derajat Celcius. Ini berbeda kenaikan (kalau gelombang panas-red), kalau di Indonesia hanya 1-2 derajat Celsius,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (28/4/2023).

Selain gerak semu matahari yang akibatkan temperatur naik, Ardhasena menuturkan, Indonesia juga terjadi pancaroba yakni transisi musim hujan ke musim kemarau. Hal itu membuat atmosfer lembap. Kondisi seperti itu, menurut Ardhasena menyebabkan ketidaknyamanan karena gerah atau sumuk.

“Kelembapan bertemu kenaikan temperatur karena gerak semu matahari. Dua penyebab (cuaca panas dan terasa gerah-red). Setelah Mei (temperature-red) turun, karena masuk musim kemarau. Musim kemarau temperatur sedikit turun tapi masih di kisaran 30 derajat Celsius,” kata dia.

Ia menuturkan, cuaca panas dan terasa gerah sehingga membuat tidak nyaman karena temperatur yang naik dan kelembapan masih tinggi. Namun, menurut Ardhasena kisaran suhu masih di kisaran 34-36 derajat Celsius. Saat musim kemarau, temperatur akan turun tetapi lebih kering. Oleh karena itu,  cuaca panas dan terasa gerah ini akan berakhir memasuki musim kemarau.

 

Musim Kemarau di Indonesia Bakal Bervariasi

Berkah Cuaca Panas Buat Petani di Jepara
Berkah Cuaca Panas Buat Petani di Jepara

Ardhasena menuturkan, musim kemarau di Indonesia akan bervariasi. “Secara umum akhir Mei-September. Wilayah Riau, Timur Aceh dan Sumatra Utara sudah masuk musim kemarau sejak Februari. Di Jakarta awal musim kemarau pada awal Juni di Jakarta Utara, dan daerah sekitar selatan pada pertengahan Juni, dan Banten Mei. Indonesia ini beragam,” ujar dia.

Ardhasena menambahkan, selain faktor alam yang sebabkan cuaca panas dan gerah, faktor lainnya yang turut berkontribusi yakni perubahan iklim. “Temperatur ada kenaikan 0,1-0,2 derajat Celsius per 10 tahun. Itu kontribusi kecil, tapi tren jangka panjang,” kata dia.

Ardhana mengatakan, masyarakat di perkotaan juga merasakan suhu panas lantaran daerah perkotaan yang banyak bangunan beton. Ardhasena menuturkan, beton menjadi salah satu penyimpan panas yang baik. “Lingkungan perkotaan terasa lebih panas karena beton yang serap panas,” tutur dia.

Selain itu, pemakaian AC juga turut berpengaruh. “Gedung-gedung pakai AC untuk mendinginkan ruangan tetapi memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Ada energi yang dipindahkan,” kata dia.

Ardhasena juga mengingatkan, masyarakat tak perlu panik dengan kabar gelombang panas yang terjadi di Asia. Indonesia tidak alami gelombang panas.

Meski demikian, ia mengimbau masyarakat untuk memakai alat perlindungan ketika aktivitas di luar rumah dengan memakai topi, payung, dan tabir surya.

Sedangkan Indonesia yang akan memasuki musim kemarau, Ardhasena mengimbau masyarakat untuk menampung air hujan terutama yang punya lahan dan tidak langganan PAM.

"Harus bersiap mitigasi musim kemarau," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya