Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan DKI Jakarta hari ini, Minggu (11/6/2023) langit akan cerah berawan. Cuaca cerah berawan dilaporkan terjadi pada pagi hingga malam nanti di semua wilayah Ibu Kota.
Berdasarkan prakiraan BMKG, tidak ada hujan sama sekali yang turun hingga malam hari di semua wilayah DKI Jakarta.
Baca Juga
Begitu juga di wilayah penyangga Jakarta yakni, Tangerang, Bogor, Depok, Bekasi. Meski Bogor bakal diselimuti langit berawan, pada siang hari dan hujan ringan di malam hari.
Advertisement
Selain itu, BMKG juga mengungkap ada potensi hujan angin disusul angin kencang hingga malam untuk sebagian wilayah Bogor.
"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dengan skala lokal pada waktu siang hingga menjelang malam hari di sebagian wilayah Kab dan Kota Bogor," info BMKG diperingatan dini cuaca besok, Minggu.
Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Pusat | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Selatan | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Timur | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Jakarta Utara | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Kepulauan Seribu | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Bekasi | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Depok | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Bogor | Berawan | Hujan Ringan | Cerah Berawan |
Tangerang | Cerah | Cerah Berawan | Cerah Berawan |
Cuaca Panas Sampai Kapan Terjadi di Indonesia? Ini Penjelasan BMKG
Cuaca panas dan gerah di Indonesia masih terasa saat ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan ada sejumlah faktor penyebab yang membuat suhu panas dan terasa gerah di Indonesia. Lalu hingga kapan cuaca panas ini berlangsung?
Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan Indonesia merupakan negara tropis dan temperature di kisaran 30-an derajat Celsius. Saat ini ada perubahan siklus tahunan, menurut Ardhasena hal itu terjadi lantaran gerak semu matahari dari utara ke selatan. Hal tersebut membuat temperatur naik pada April dan Mei, kemudian kembali terjadi pada September, Oktober.
"Dampak di Indonesia temperatur naik, (terasa gerah-red), kenaikan (temperature) 1-2 derajat Celcius. Ini berbeda kenaikan (kalau gelombang panas-red), kalau di Indonesia hanya 1-2 derajat Celsius,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (28/4/2023).
Selain gerak semu matahari yang akibatkan temperatur naik, Ardhasena menuturkan, Indonesia juga terjadi pancaroba yakni transisi musim hujan ke musim kemarau. Hal itu membuat atmosfer lembap. Kondisi seperti itu, menurut Ardhasena menyebabkan ketidaknyamanan karena gerah atau sumuk.
“Kelembapan bertemu kenaikan temperatur karena gerak semu matahari. Dua penyebab (cuaca panas dan terasa gerah-red). Setelah Mei (temperature-red) turun, karena masuk musim kemarau. Musim kemarau temperatur sedikit turun tapi masih di kisaran 30 derajat Celsius,” kata dia.
Ia menuturkan, cuaca panas dan terasa gerah sehingga membuat tidak nyaman karena temperatur yang naik dan kelembapan masih tinggi. Namun, menurut Ardhasena kisaran suhu masih di kisaran 34-36 derajat Celsius. Saat musim kemarau, temperatur akan turun tetapi lebih kering. Oleh karena itu, cuaca panas dan terasa gerah ini akan berakhir memasuki musim kemarau.
Advertisement
Musim Kemarau di Indonesia Bakal Bervariasi
Ardhasena menuturkan, musim kemarau di Indonesia akan bervariasi. “Secara umum akhir Mei-September. Wilayah Riau, Timur Aceh dan Sumatra Utara sudah masuk musim kemarau sejak Februari. Di Jakarta awal musim kemarau pada awal Juni di Jakarta Utara, dan daerah sekitar selatan pada pertengahan Juni, dan Banten Mei. Indonesia ini beragam,” ujar dia.
Ardhasena menambahkan, selain faktor alam yang sebabkan cuaca panas dan gerah, faktor lainnya yang turut berkontribusi yakni perubahan iklim. “Temperatur ada kenaikan 0,1-0,2 derajat Celsius per 10 tahun. Itu kontribusi kecil, tapi tren jangka panjang,” kata dia.
Ardhana mengatakan, masyarakat di perkotaan juga merasakan suhu panas lantaran daerah perkotaan yang banyak bangunan beton. Ardhasena menuturkan, beton menjadi salah satu penyimpan panas yang baik. “Lingkungan perkotaan terasa lebih panas karena beton yang serap panas,” tutur dia.
Selain itu, pemakaian AC juga turut berpengaruh. “Gedung-gedung pakai AC untuk mendinginkan ruangan tetapi memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Ada energi yang dipindahkan,” kata dia.
Ardhasena juga mengingatkan, masyarakat tak perlu panik dengan kabar gelombang panas yang terjadi di Asia. Indonesia tidak alami gelombang panas.
Meski demikian, ia mengimbau masyarakat untuk memakai alat perlindungan ketika aktivitas di luar rumah dengan memakai topi, payung, dan tabir surya.
Sedangkan Indonesia yang akan memasuki musim kemarau, Ardhasena mengimbau masyarakat untuk menampung air hujan terutama yang punya lahan dan tidak langganan PAM.
"Harus bersiap mitigasi musim kemarau," kata dia.