Liputan6.com, Jakarta Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di sejumlah daerah. Apakah benar karhutla di Tanah Air ini disebabkan oleh perubahan iklim?
Plt Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan kaitan keduanya.
Baca Juga
2,9 Juta Kendaraan Diprediksi Melintas di Tol Tangerang-Merak Selama Libur Natal dan Tahun Baru 2025
Cuaca Besok Kamis 19 Desember 2024: Sebagian Wilayah Jabodetabek Akan Hujan Ringan Pagi Hingga Siang
Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 18 Desember 2024: Langit Malam Indonesia Mayoritas akan Cerah Berawan
Menurut dia, musim kemarau yang cukup kering dan berkepanjangan menjadi penyebab dari kebakaran hutan yang terjadi saat ini.
Advertisement
“Kalau kebakaran hutan, pertama memang karena kita saat ini musim kemaraunya cukup kering ya,” ucap Ardhasena kepada Liputan6.com, Selasa 5 September 2023.
Musim kemarau di Indonesia tahun ini terjadi lebih panjang karena fenomena El Nino.
Ardhasena mengatakan fenomena El Nino terjadi Februari atau Maret. Namun, dampak yang ditimbulkan El Nino akan dirasakan hingga akhir Oktober di Indonesia.
“Kalau yang ini El Nino-nya sampai Februari, Maret ya sebagai fenomenanya. Tapi dampaknya hanya akan sampai akhir Oktober di Indonesia,” kata Ardhasena.
El Nino adalah bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa tengah dan timur.
Lalu, apa benar musim kemarau dan El Nino penyebab kebakaran hutan dan lahan di Tanah Air?
Ardhasena mengatakan, kedua faktor itu hanyalah 'latar belakang' dari karhutla. Namun, perbuatan manusia menjadi faktor utama terjadinya karhutla, karena hutan dan lahan tidak dapat terbakar dengan sendirinya.
“Musim kemarau yang kering dan El Nino itu hanya menyebabkan kondisi iklim sebagai latar belakangnya,” ujar Ardhasena.
“Terjadinya kebakaran hutan, tentunya ada faktor manusia yang ada di situ,” sambung dia.
Kejadian Ekstrem
Ardhasena menjelaskan, BMKG memonitor komponen atmosfer bumi beberapa puluh tahun ini. Pada pengamatan itu terlihat, perubahan iklim ini membuat temperatur di Bumi naik.
“Kita kan mau monitor komponen atmosfer ya, lalu kita melihat dari monitoring itu terjadi perubahan iklim selama beberapa puluh tahun ini. Dan salah satu tanda-tandanya dia bisa akan kenaikan temperatur,” kata Ardhasena.
Dia mencontohkan dampak perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan naiknya suhu Bumi. Naiknya temperatur Bumi ini, es di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair dengan lebih cepat.
“Paling pertama kan bumi memanas lalu kemudian terjadinya pencairan es misalkan ya. Kutub utara dan Kutub Selatan lebih mencair. Turunan lainnya misalkan kepada terganggunya siklus hidrologi jadi siklus hidrologi lebih cepat gitu,” kata Ardhasena.
Menurut dia, kekeringan yang berkepanjangan di Indonesia, membuat beberapa lokasi mengalami kejadian-kejadian yang ekstrem.
“Bisa juga kekeringan berkepanjangan seperti kita lihat sekarang di banyak lokasi maupun juga di Indonesia gitu. Jadi lebih banyak kejadian-kejadian ekstremnya,” ucap Ardhasena.
Advertisement
Jaga Lingkungan
Sementara itu, Ardhasena meminta masyarakat dapat membantu menjaga lingkungan sekitar terutama hutan agar mengurangi terjadinya kebakaran hutan. Adanya perubahan iklim ini, masyarakat dapat merawat lingkungan dan menggunakan transportasi yang ramah lingkungan.
“Mungkin masyarakat bisa bantu untuk merawat lingkungan ya karena perubahan iklim ini dengan upaya pelestarian lingkungan itu kan satu paket gitu. Masyarakat bisa membantu misalkan melakukan aksi-aksi yang pro-lingkungan mengelola sampah dengan mandiri lalu menanam pohon misalkan juga menggunakan moda transportasi yang ramah lingkungan yang dapat mengurangi emisi-emisi individu gitu,” jelas Ardhasena.