Liputan6.com, Gorontalo KemenKopUKM Sebut Kelapa Jadi Salah Satu Komoditas Unggulan di Indonesia
Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia khususnya di subsektor perkebunan. Demikian dikatakan Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Rulli Nuryanto yang menegaskan bahwa Indonesia adalah negara agraris.
Baca Juga
"Komoditas kelapa berkontribusi dalam penerimaan devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing, serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan," kata Rulli, Jum'at (22/9).
Advertisement
KemenKopUKM kata Rulli, mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Gorontalo bersama dengan International Coconut Community (ICC) dan Dewan Kelapa Indonesia (DEKINDO) yang telah menyelenggarakan kegiatan World Coconut Day 2023 yang dibuka secara resmi oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki secara virtual.
"Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kelapa Indonesia mencapai 2,85 juta ton pada 2021. Jumlah tersebut meningkat 1,47% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,81 juta ton," kata Rulli.
Lebih lanjut, berdasarkan data Kementerian Pertanian pada 2022 dari rata-rata nilai ekspor kelapa selama periode 2017-2021, kontribusi ekspor kelapa terbesar berasal dari produk turunan berupa minyak kelapa setengah jadi dengan kontribusi US$384 juta atau 30,21% dari total ekspor komoditas kelapa Indonesia.
Rulli mengatakan, tantangan yang masih dihadapi dalam upaya meningkatkan produktivitas kelapa di Indonesia umumnya berkaitan dengan tanaman kelapa yang telah berusia tua, serangan hama dan penyakit, alih fungsi lahan dan aspek finansial bagi petani.
"Saat ini Pemerintah sedang mendorong hilirisasi yang tidak hanya terbatas pada komoditas mineral, tetapi juga pada komoditas non mineral seperti kelapa, rumput laut, sawit dan komoditas-komoditas potensial lainnya," kata Rulli.
Rulli mengatakan bahwa industri hilir kelapa, memiliki produk turunan yang sangat beragam yang perlu dikembangkan dan didorong. Tujuannya agar mampu berorientasi ekspor dan dapat memberikan nilai tambah untuk petani kelapa dan menyumbangkan efek pengganda atau multiplier effect yang besar bagi perekonomian Indonesia.
Salah satu bentuk dukungan KemenKopUKM pada hilirisasi industri kelapa yaitu pembangunan Rumah Produksi Bersama atau factory sharing untuk olahan kelapa di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Pembangunan Rumah Produksi Bersama olahan kelapa ini nantinya akan dikelola oleh Koperasi.
Rulli menekankan bahwa daya saing dan ekspor kelapa Indonesia perlu kita kembangkan secara terintegrasi dari sektor hulu ke hilir, terkoneksi dengan pembiayaan, dan didukung teknologi terkini.
"Salah satu strateginya melalui koperasi di mana para petani bergabung dalam koperasi yang selanjutnya koperasi yang akan menyerap produk kelapa dari petani, mengolah, dan menjual hasil produk olahan kelapa ke pasar," kata Rulli.
Rulli berharap dengan acara World Coconut Day 2023 dapat meningkatkan kerja sama di antara negara-negara anggota ICC dalam mengembangkan industri kelapa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat negara anggota.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengatakan bahwa acara ini dihadiri oleh 16 negara di antaranya Papua Nugini, India, Malaysia, Filipina, Prancis, Sri Langka, dan lainnya.
"Acara ini akan mencoba untuk merumuskan roadmap pengembangan kelapa di Indonesia. Kami juga melakukan penanaman 500 ribu kelapa di Gorontalo," ujar Nelson.
Peningkatan Ekspor Kelapa
Dalam kesempatan yang sama, dilakukan juga kegiatan Rapat Kerja Nasional Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo bersama dengan International Coconut Community (ICC) dan Dewan Kelapa Indonesia (DEKINDO).
Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Rulli Nuryanto menegaskan bahwa Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, perlu dilakukan upaya meningkatkan daya saing ekspor dengan secara bertahap mengurangi dan menyetop ekspor bahan baku mentah (raw material) yang nilai tambahnya kecil.
"Upaya tersebut saat ini kita kenal dengan konsep hilirisasi. Indonesia berusaha mencapai hilirisasi komoditas unggulan yang dimiliki tidak hanya pada komoditas mineral, tetapi juga komoditas nonmineral, hasil pertanian, dan kelautan. Tiap daerah perlu menyesuaikan hilirisasi dengan komoditas unggulan lokal yang melibatkan pelaku umkm dan koperasi dengan program prioritas sektor pertanian/pangan, termasuk kelapa," ujar Rulli.
Menurutnya, potensi industri kelapa sangatlah besar, baik di pasar domestik maupun di pasar dunia. Hampir semua bagian dari dari tanaman kelapa, mulai dari daun, buah, hingga serabutnya berguna dan bernilai tinggi. Gorontalo, katanya, memproduksi kelapa sebesar 2,38% dari produksi nasional.
"Kami berharap produk kelapa dan olahannya terus dikembangkan," ujarnya.
(*)
Advertisement