Diplomasi dan Donasi: Cara Indonesia Menunjukkan Solidaritas untuk Palestina

Menurutnya, harus ada penelitian lebih lanjut mengenai produk yang benar-benar mendukung Israel.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2023, 18:26 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 17:35 WIB
Palestina
Diskusi memperingati Hari Internasional Untuk Solidaritas Palestina yang diselenggarakan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisip UI. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah lama menunjukkan solidaritasnya terhadap Palestina. Keterlibatan ini tidak hanya terbatas pada kebijakan pemerintah, tetapi juga meluas ke inisiatif masyarakat sipil. Aksi nyata ini membuktikan komitmen Indonesia dalam mendukung hak-hak dan kesejahteraan rakyat Palestina.

Demikian topik yang mengemuka dalam diskusi memperingati Hari Internasional Untuk Solidaritas Palestina yang diselenggarakan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisip UI. Dalam acara ini Kepala Departemen HI UI Asra Virgianita menyerahkan donasi Rp 115 juta dari alumni HI UI kepada Dubes Palestina Untuk Indonesia Zuhair Al Shun sebagai simbol dukungan kepada rakyat Palestina.

Salah satu topik yang mengemuka adalah ajakan memboikot produk yang berasal dari Israel. Menanggapi pemboikotan produk yang berafiliasi dengan Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, terdapat beragam pandangan dari para akademisi di Indonesia.

Dekan Fisip UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto mengatakan ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk menyatakan dukungan kepada rakyat Palestina.

"Wujud nyata dari keberpihakan tersebut bisa beragam. Dukungan politik, dukungan diplomatik, atau pemberian bantuan dalam wujud apapun, termasuk donasi, merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan," katanya dikutip Rabu (29/11/2023).

"Tentu dukungan-dukungan tersebut harus dilakukan secara bertanggungjawab dalam koridor kemanusiaan tadi dan tepat pada sasaran. Dalam era dimana disinformasi dan hoaks sering terjadi, kita harus mampu memilih dan memilah informasi yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai pijakan kita dalam memberikan dukungan-dukungan tersebut," sambungnya.

Menurutnya, boikot harus mempertimbangkan betul dasar pelaksanaannya agar bisa tepat pada sasaran. Jangan sampai langkah semacam itu justru kontraproduktif bagi upaya kemerdekaan Palestina atau memecah belah bangsa sendiri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produk yang Harus Diboikot

Sementara itu, Prof. Evi Fitriani, Ph.D yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut juga menyoroti hal yang sama. Menurutnya, boikot yang dilakukan saat ini kurang relevan dalam rangka membantu rakyat Palestina.

"Kita harus yakin kalo boikot kita itu memang efektif, jangan memboikot yang kita sendiri tidak tahu, itulah penting nya kelompok penengah, kelompok akademia untuk melakukan riset dan memberikan semacam guidance, mana produk-produk yang perlu di boikot," katanya.

"Menurut saya produk yang harus di boikot, produk senjata, yang benar-benar dipakai untuk menghabisi atau membunuh rakyat Palestina, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perdagangan senjata. Itu yang paling penting," sambungnya.

Menurutnya, harus ada penelitian lebih lanjut mengenai produk yang benar-benar mendukung Israel. Boikot produk yang marak terjadi dan secara sporadis tersebut tidak benar-benar relevan dalam membantu perjuangan.

"Kalau yang lain-lainnya kita harus pelajari karena sistem global itu sudah sangat rumit dan kadang-kadang kita tidak tahu pemilik modalnya ada di mana, dan pekerjaannya belum tentu orang yang terlibat dengan Israel, bisa jadi pekerjanya orang Indonesia dan orang Palestina," katanya.

Banner Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Banner Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya