Transjakarta Perpanjang Pelayanan pada Jam Sibuk Selama Ramadhan

PT Transjakarta membagi jam sibuk (peak hour) menjadi dua bagian yakni pagi hari pukul 06.00 WIB-09.00 WIB serta berikutnya pukul 14.00 WIB-21.00 WIB.

oleh Tim News diperbarui 10 Mar 2024, 05:25 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2024, 05:25 WIB
20160606- Bulan Puasa Jam Macet Pulang Kerja Bergeser Lebih Awal-Jakarta-YR
Penumpang bus Transjakarta tampak saat berada dalam bus ditengah kemacetan jam pulang kerja, Jakarta, Senin (6/6/2016). Memasuki bulan Ramadan kemacetan jam pulang kerja di Jakarta lebih maju. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) siap menyambut bulan suci Ramadhan 1445 H/2024 M. PT Transjakarta akan memperpanjang waktu pelayanan pada jam sibuk hingga pukul 21.00 WIB selama bulan puasa. 

"Kami membagi jam sibuk (peak hour) menjadi dua bagian yakni pagi hari pukul 06.00 WIB-09.00 WIB serta berikutnya pukul 14.00 WIB-21.00 WIB," kata Direktur Utama PT Transjakarta, Welfizon Yuza di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

Welfizon memastikan, masyarakat bisa lebih leluasa dalam menjalankan aktivitasnya selama bulan suci Ramadhan melalui armada yang tersedia.

"Kami menyesuaikan armada pada cuti bersama periode 11-12 Maret 2024, kemudian layanan Transjakarta dengan operasi 100 persen di hari kerja selama Ramadhan," ujar Welfizon.

Ramadan yang berlangsung selama 30 hari, kata Welfizon, biasanya menjadi momen kebersamaan bersama keluarga.

Selama bulan puasa, jadwal perkantoran di Jakarta akan masuk lebih pagi dan pulang lebih cepat, sama halnya dengan jam sekolah tempat anak-anak belajar. Dengan demikian, orang tua dan anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

"Untuk selalu mendapatkan informasi terbaru tentang Transjakarta, bisa mengakses media sosial atau bisa juga menggunakan aplikasi TIJE untuk mendukung mobilitas," ucap Welfizon.

Imbauan Kemenag Sikapi Beda Awal Puasa

Sholat Tarawih Pertama di Masjid Istiqlal
Umat Islam bersiap melaksanakan Sholat Tarawih pertama di Masjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (2/4/2022). Sebagian besar umat muslim di Indonesia mulai melaksanakan Sholat Tarawih dan akan melaksanakan puasa Ramadhan 1443 Hijriah pada 2 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau masyarakat untuk mengedepankan sikap saling menghormati dalam menyikapi perbedaan awal puasa Ramadhan 1445 H/2024 M.

Selain itu, upaya dialog para pihak juga patut dikedepankan untuk bisa memahami dan saling berbagi informasi terkait argumentasi masing-masing dalam mengawali bulan puasa.

Pesan ini disampaikan Juru Bicara Kemenag Anna Hasbie berkenaan dengan adanya perbedaan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M.

Awal puasa Ramadhan 1445 H/2024 M di Indonesia berpotensi besar tidak bareng. Mayoritas umat Islam akan mengawali puasa Ramadan 1445 H pada 11 dan atau 12 Maret 2024.

Majelis Tarjih Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah sendiri sudah mengumumkan awal puasa Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024. Sementara Pemerintah baru akan menggelar sidang isbat awal Ramadan 1445 H pada Minggu, 10 Maret 2024. Sidang akan memutuskan apakah awal puasa Ramadan tahun ini jatuh pada 11 atau 12 Maret.

Namun demikian, ada kelompok jemaah yang sudah mulai puasa pada 7 Maret. Ada juga yang akan mulai berpuasa pada 10 Maret.

“Kita hormati pilihan dan keyakinan umat Islam dalam mengawali puasa Ramadan 1445 H/2024 M. Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan,” sebut Anna di Jakarta, Jumat (8/3/2024).

 

Penentuan Awal Puasa

Memantau Hilal Awal Ramadhan 1444 Hijriah
Di DKI Jakarta, ada empat lokasi yang menjadi tempat pemantauan hilal. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dalam semangat saling menghormati itu, kata Anna, ruang dialog tetap harus dibuka. Sebab, ilmu pengetahuan sudah semakin maju dan berkembang, termasuk terkait astronomi.

Penentuan awal bulan Hijriyah bisa didekati secara empiris melalui hisab dan atau rukyatul hilal, tidak semata berdasar keyakinan spiritual semata. Sehingga, argumentasinya juga ilmiah.

“Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan,” sambungnya.

Muhammadiyah, misalnya, menetapkan Ramadan pada 11 Maret karena argumentasi hisab wujudul hilal. Pemerintah menggunakan pendekatan Hisab sebagai informasi awal dan Rukyatul Hilal sebagai konfirmasi.

“Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman,” sebut Anna.

Hal yang tidak kalah penting, lanjut Anna, adalah bagaimana umat Islam mengisi syiar Ramadan dengan tetap menjaga kekhusyukan dan kekhidmatan.

infografis journal
infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya