Ternyata Lebaran belum berakhir di Banyumas, Jawa Tengah. Di tempat ini warga masih melakukan salat khusus dan menggelar makan bersama. Salah satu ciri khasnya adalah dengan makan ketupat dari janur kuning.
Sejumlah masjid Desa Ciberung, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, menyelenggarakan salat di masjid desa setempat, Kamis (15/8/2013). Mereka menyebutnya sebagai salat ngidki atau salat 6 hari setelah memasuki Syawal. Meski hanya diikuti puluhan warga, namun warga tampak khusyuk dan khidmat melaksanakan tradisi ini.
Uniknya, kegiatan yang dikenal dengan nama Lebaran Ketupat ini, mereka yang salat hanya para pria saja dan sudah tergolong tua. Salatnya tidak seperti Idul Fitri yang hanya 2 rakaat. Pada Lebaran Ketupat, salat dilakukan 20 rakaat.
Sementara para ibu di desa itu telah menyiapkan makanan untuk disantap bersama di dalam masjid. Makanan khasnya berupa ketupat dari janur kuning yang kemudian dicampur dengan opor ayam.
"Pada saat makan bersama pun tak diperbolehkan diikuti oleh para wanita," kata sesepuh desa, Abdul Ghofur di Banyumas, Jateng, Kamis (15/8/2013).
Menurut Abdul, pengikut tradisi Lebaran Ketupat di desa tersebut ada sekitar 100-an jamaah yang tersebar di sejumlah masjid.
Lebaran Ketupat merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Tradisi ini merupakan perwujudan rasa syukur setelah warga melakukan puasa Syawal yang dimulai pascaLebaran.
Dengan menggelar tradisi yang dilakukan 6 hari setelah Lebaran tersebut, diharapkan warga bisa lebih merasa puas. Karena puasa Syawal tak kalah pahalanya dengan puasa Ramadan. (Frd/Sss)
Sejumlah masjid Desa Ciberung, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, menyelenggarakan salat di masjid desa setempat, Kamis (15/8/2013). Mereka menyebutnya sebagai salat ngidki atau salat 6 hari setelah memasuki Syawal. Meski hanya diikuti puluhan warga, namun warga tampak khusyuk dan khidmat melaksanakan tradisi ini.
Uniknya, kegiatan yang dikenal dengan nama Lebaran Ketupat ini, mereka yang salat hanya para pria saja dan sudah tergolong tua. Salatnya tidak seperti Idul Fitri yang hanya 2 rakaat. Pada Lebaran Ketupat, salat dilakukan 20 rakaat.
Sementara para ibu di desa itu telah menyiapkan makanan untuk disantap bersama di dalam masjid. Makanan khasnya berupa ketupat dari janur kuning yang kemudian dicampur dengan opor ayam.
"Pada saat makan bersama pun tak diperbolehkan diikuti oleh para wanita," kata sesepuh desa, Abdul Ghofur di Banyumas, Jateng, Kamis (15/8/2013).
Menurut Abdul, pengikut tradisi Lebaran Ketupat di desa tersebut ada sekitar 100-an jamaah yang tersebar di sejumlah masjid.
Lebaran Ketupat merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka. Tradisi ini merupakan perwujudan rasa syukur setelah warga melakukan puasa Syawal yang dimulai pascaLebaran.
Dengan menggelar tradisi yang dilakukan 6 hari setelah Lebaran tersebut, diharapkan warga bisa lebih merasa puas. Karena puasa Syawal tak kalah pahalanya dengan puasa Ramadan. (Frd/Sss)