Kisah Pilu Penghuni Panti Asuhan Samuel

Selama kurang lebih belasan tahun ia tinggal di panti tersebut, perlakuan kasar dan caci maki dari pemilik panti kerap ia terima.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 24 Feb 2014, 15:19 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2014, 15:19 WIB
siksa-anak-panti-140224b.jpg
H (20), salah anak Panti Asuhan Samuel di di Gading Serpong, Tangerang, berhasil melarikan diri dari dugaan penyiksaan yang dilakukan pemilik panti. Dia pun menceritakan awal-awal masuk ke panti itu.

Awalnya, H masuk panti diajak ayah dan ibunya asal Kalimantan sejak 2001 lalu. Kala itu usianya baru 7 tahun. H pun mengaku baru mengetahui kalau dia berada di panti saat mulai bersekolah kelas 3 SMP.

"Saya juga awalnya nggak tahu, saya dibawa sama ayah dan ibu saya, sama ada kerabat saya. Saya baru tahu kalau di panti itu pas saya kelas 3 SMP," tutur H saat memberi keterangan di kantor LBH Mawar Sharon, Sunter, Jakarta Utara, Senin (24/2/2014).

Selama kurang lebih belasan tahun H tinggal di panti. Perlakuan kasar dan caci maki dari pemilik panti kerap diterima. Dia pun mengaku kerap diusir saat mengeluh jika disuruh pemilik panti.

Tak hanya itu, setiap hari dirinya hanya diberi makan dengan menu mi instan dan telur. "Caci maki setiap hari, diomel-omelin juga sering. Saya juga pernah ditempeleng sama pemilik panti," tuturnya.

Kekerasan demi kekerasan yang dialami H terus terjadi hingga dirinya beranjak dewasa. Sampai puncaknya pada Februari 2013. Saat itu, pemilik panti kesal dan mengusir ketika hendak disuruh menjemput anak pemilik panti yang sedang bermain.

"Alasan mereka macam-macam, bilang lah saya ngga pernah menjemput anaknya. Padahal saya sudah anterin pulang ke rumah. Akhirnya pada waktu itu saya diusir dari rumah," ungkap H.

Setelah keluar dari panti, H lantas menuju ke kediaman temannya di daerah Bogor. Sambil mencari pekerjaan, dia tinggal selama 2 bulan di rumah tersebut. "Saya takut-takut cerita ke teman saya, ngga ada hasilnya juga," ucapnya.

Pada November 2013, tiba-tiba H dihubungi pemilik panti dengan alasan ingin bertemu karena tak kunjung pulang. Dia pun akhirnya memenuhi permintaan pemilik panti dan akhirnya pulang ke panti tersebut. Bukannya semakin membaik melihat kondisi panti, beberapa anak panti pun malah diusir dan menerima kekerasan yang kian menjadi-jadi.

"Saya lihat beberapa anak diusir, salah satunya bernisial J, P, dan Y. Akhirnya saya mengajak ketiganya untuk lari dari situ dan mengadu ke salah satu donatur namanya Deborah," tutur dia.

H beserta ketiga anak panti asuhan itu akhirnya menginap di salah satu gereja Bethel Indonesia Sangkakala di Tangerang. "Kemudian Ibu Deborah ini mengajak kami melapor ke KPAI. Lalu dari KPAI disarankan meminta bantuan hukum ke LBH Mawar Sharon," ungkapnya.

Hingga kini, ada 8 anak yang melarikan diri dari panti asuhan itu. Anak-anak itu kini diberi tempat tinggal di salah satu rumah singgah di daerah Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.

Bantah

Pemilik dan pengelola Panti Asuhan Samuel, Pendeta Chemuel Watulingas menepis semua tudingan dari LBH Mawar Sharon. Chemuel membantah adanya penyiksaan, apalagi mengakibatkan anak panti yang meninggal dunia.

"Penganiayaan dari mana? LBH Mawar Sharon pernah datang ke sini secara tiba-tiba. Mana buktinya? Kalau terbukti, saya Pendeta Chemuel siap dipenjara," jelas Pendeta Chemuel saat dihubungi Liputan6.com. (Ali/Ism)

Baca juga:

Komnas PA Amankan 12 Anak dari Panti Asuhan Samuel Serpong
Dituduh Siksa Anak Panti, Pendeta Chemuel: Saya Siap Dipenjara
Geger Panti `Penyiksaan` di Serpong

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya