DP Kredit Mobil Jadi 25% dan Motor 20% sebagai Dewa Penolong

Pelonggaran down payment (DP) atau uang muka untuk pembelian kendaraan baru secara kredit diharapkan mampu menggairahkan penjualan.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 29 Jun 2015, 12:27 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2015, 12:27 WIB
3 Model Ini Jadi Tumpuan Penjualan Honda di Tangerang
Mobil di kelas Low Multi Purpose Vehicle (LMPV), hatchback, dan Sport Utility (SUV) masih menjadi penyokong utama penjualan Honda.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah nampaknya tak tinggal diam untuk meminimalkan dampak pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Di sektor otomotif misalnya, pelonggaran down payment (DP) atau uang muka untuk pembelian kendaraan baru secara kredit diharapkan mampu menggairahkan penjualan.

Namun, Executive Marketing Director of MFTBC Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Rizwan Alamsjah, tak bisa memprediksi apakah pelonggaran DP kendaraan itu mampu mengembalikan tren positif industri otomotif.

"Itu kan baru, jadi belum bisa dilihat apakah ada pengaruhnya atau tidak," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

"Kondisi seperti saat ini membuat orang (konsumen mobil) lebih memilih untuk saving dan menunggu."

Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) mengeluarkan aturan soal pelonggaran uang muka untuk kredit kepemilikan kendaraan tercantum melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015 mengenai Rasio LTV atau Rasio Financing To Value, untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.

Aturan ini mengubah biaya uang muka kepemilikan kendaraan roda dua dari 25 persen menjadi 20 persen dari total harga. Sementara untuk roda tiga atau lebih turun lima persen, dari 30 persen jadi 25 persen.

Asisten GM Pemasaran PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Mohammad Masykur tidak yakin pelonggaran DP bisa membuat penjualan kembali bergairah. Soalnya, dia melihat ada beberapa hal yang membuat penjualan sepeda motor anjlok 24,7 persen, salah satunya rendahnya daya beli masyarakat.

"Di daerah harga komoditas juga nggak naik-naik, belum lagi efek kenaikan BBM yang kemarin masih ada, ditambah lagi subsidi listrik dicabut sehingga membebani konsumen," katanya.

Untuk konsumen sepeda motor, lanjut Masykur, kondisi ini membuat penghasilan mereka dialokasikan ke kebutuhan pokok.

"Kondisi pasar sekarang itu (istilahnya) lagi sakit. Jadi penurunan DP yang lima persen itu belum bisa mengobati penyakitnya," ucapnya.

Sebagai informasi, kondisi industri otomotif tidak dalam kondisi sehat. Ini tergambar dari performa penjualan sepeda motor dan roda empat yang mengalami penurunan.

Data AISI, sebanyak 469.630 unit motor terjual pada bulan lalu, turun 10,5 persen dari bulan sebelumnya. Sementara penjualan Januari-Mei 2015 ‎tercatat 2.599.448 unit atau anjlok 24,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara untuk mobil, Gaikindo mencatat, penjualan pada Mei hanya mencapai 79.236 unit, turun tiga persen dibandingkan bulan sebelumnya dengan 81.600 unit.

(gst/sts/ian)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya