Liputan6.com, Jakarta Satu masalah transportasi utama di kota besar seperti Jakarta adalah kemacetan lalu lintas. Ini bahkan tidak hanya terjadi pada saat jam-jam sibuk saja, tetapi hampir setiap saat.
Kondisi demikian ternyata membuat mesin tidak dapat bekerja maksimal. Bahkan, menurut istilah Galih Laksono, owner G-speed Performance Parts, bengkel di Kebayoran Baru, Jakarta, mesin bisa stres jika berlama-lama di kemacetan.
Baca Juga
Saat macet, mobil sebetulnya akan bekerja dalam mode stop and go (berhenti-jalan terus menerus), sementara di satu sisi mesin tetap bekerja. "Di saat macet, mesin akan 'ditekan' terus-menerus. Tekanan ini menambah risiko keausan," terang Galih.
Galih menambahkan, hal ini diperparah karena saat macet sirkulasi udara tidak terjadi secara maksimal. Dengan begitu, suhu akan meningkat lebih cepat. "Apalagi untuk mobil-mobil yang cc-nya kecil. Dia dipaksa kerja keras," ujar Galih.
Terlalu lama dalam kondisi macet juga dapat meningkatkan potensi keausan dari tiap komponen mesin. Menurut Galih, ini adalah awal bagi kerusakan yang lebih parah. Bahkan, gejala aus lama-lama akan membuat mesin overheat.
"Kalau sudah begitu, jadi masalah. Ini bisa terjadi di semua tipe mobil. Saya sudah pengalaman di mobil ber-cc besar. Pengalaman saya jangankan mobil kompak, yang konvensional saja mesinnya stres," ucapnya.
Lantas, bagaimana agar keluar dari situasi seperti ini? Menurut Galih, kemacetan sebagai biang keladi utama mesin mobil stres tidak bisa dihindari. Yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalisasi dampaknya.
"Perawatan berkala memang baik, tapi masih kurang. Jadi harus diperhatikan juga yang lain. Misalnya pakai oli yang sesuai dengan yang di Buku Pedoman. Kalau bisa pakai yang memang dibuat khusus untuk mobil itu," ujarnya.