Produsen Minta Hybrid Dikembangkan di Tahap Awal, Ini Alasannya

Dalam perkembangan elektrifikasi di Indonesia, banyak produsen yang berpendapat jika sistem hybrid paling memungkinkan dikembangkan di tahap awal.

oleh Arief Aszhari diperbarui 10 Agu 2018, 20:13 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 20:13 WIB
Wuling
Mobil listrik mungil Wuling e100. (Septian/Liputan6.com)

Liputan6.com, Tangerang - Dalam perkembangan elektrifikasi di Indonesia, banyak produsen yang berpendapat jika sistem hybrid paling memungkinkan dikembangkan di tahap awal. Pasalnya, sistem yang dikenal dengan hybrid electric vehicle (HEV) ini lebih memungkinkan digunakan di Tanah Air dibanding plug-in hybrid (PHEV) ataupun mobil listrik penuh.

Dalam paparan hasil awal riset dan studi komperatif (preliminary study result) dari Electrified Vehicle Comprehensive Studi), oleh Tim Riset ITB dan UI antara lain menyebutkan bahwa selain mampu menghemat konsumsi BBM secara signifikan, kendaraan jenis HEV bisa langsung diimplementasikan karena tidak membutuhkan infrastruktur tambahan, seperi tempat pengisian baterai.

Selain itu konsumsi bahan bakar mobil hybrid dua kali lebih efisien dibanding mobil konvensional.

"Mobil PHEV memang jauh lebih irit dibanding HEV, apalagi ICE. Tapi PHEV membutuhkan infrastruktur tambahan," jelas  Ketua Tim Riset ITB Agus Purwadi, di seminar Studi Pengembangan Electrified Vehicle di Indonesia yang diselenggarakan Gaikindo, di GIIAS 2018, ICE, BSD City, Tangerang, Banten.

Sebelumnya, pihak PT Toyota Astra Motor (TAM) memang telah bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian dan enam perguruan tinggi menggunakan 12 unit kendaraan elektrifikasi Toyota.

Kendaraan yang digunakan antara lain, Toyota Corolla dengan mesin konvensional (internal combustion engine atau ICE), Corolla dengan mesin hybrid electronic vehicle (HEV), Toyota Prius dengan teknologi Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). 

 

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Sedangkan Enam perguruan tinggi yang dilibatkan, adalah Institut Teknologi Bandung, Universtitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Udayana.

Dalam paparan hasil riset awal, tim ITB menyebutkan, pengujian telah dilakukan selama 44 hari dengan jarak tempuh 2.000 km dengan penggunaan di dalam dan di luar kota Bandung.

Hasilnya, konsumsi bahan bakar mobil Toyota Corolla Hybrid memiliki efisiensi 2 kali lebih baik dibandingkan Corolla dengan mesin konvensional.  

Konsumsi bahan bakar mesin konvensional mencapai 10,2 km per liter, sedangan konsumsi bahan bakar HEV 22,7 km per liter. 

Hasil riset itu juga menyebutkan, mobil Hybrid ini sama sekali tidak membutuhkan infrastruktur tambahan sehingga bisa langsung diimplementasikan.

Sementara untuk kendaraan Prius PHEV konsumsi bahan bakarnya jauh lebih irit, lima kali lebih efisien yaitu 56,7 km per liter. Namun, kendaraan ini membutuhkan infrastruktur tambahan karena memerlukan pengisian (charging) selama kurang lebih selama 0,74 kali per hari, dengan catatan baterai belum diisi penuh. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya