Kejar Pengurangan Emisi dan Bahan Bakar, Penggunaan LCEV Harus Masif

Perkembangan kendaraan elektrifikasi di Indonesia bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang CO2.

oleh Arief Aszhari diperbarui 10 Agu 2018, 19:29 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 19:29 WIB
Kantor Pos Jerman Pakai Armada Van Listrik untuk Antar Surat
Van listrik Streetscooter mengisi daya di stasiun pengisian di kantor pos Jerman, Deutsche Post di Frankfurt am Main, 21 Juli 2018. Kantor pos Jerman mengganti armada mobil untuk mengirimkan surat dan paket dengan mobil van listrik. (Yann Schreiber/AFP)

Liputan6.com, Tangerang - Perkembangan kendaraan elektrifikasi di Indonesia bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang CO2. Selain itu, penggunaan mobil atau motor ramah lingkungan ini, juga untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.

Berdasarkan hasil riset dari tim Universitas Indonesia (UI), yang diwakiliki LPEM UI terhadap penggunaan kendaraan listrik, untuk mencapai target tersebut penggunaan mobil jenis ini harus berlangsung secara masif atau besar-besaran.

Dengan begitu, dibutuhkan langkah-langkah untuk membuat teknologi ini populer di kalangan masyarakat. Dan hal tersebut, menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan berteknologi listrik.

"Masyarakat harus memahami keunggulan dan keuntungan mengendarai atau memiliki kendaraan jenis tersebut. Barulah bisa mengharapkan mereka bisa membeli atau memakai," jelas Chaykal Nuryakin, perwakilan dari LPEM UI, saat ditemui di GIIAS 2018, di ICE, BSD City, Tangerang.

Untuk mencapai target itu juga dibutuhkan regulasi yang mendukung agar industri kendaraan berteknologi listrik ini bisa tumbuh di dalam negeri.

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi, asosiasi kendaraan roda empat di Indonesia sangat mendukung kebijakan pengembangan industri elektrifikasi.

"Pengembangan ini memang perlu dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal sebaiknya dikembangkan konsep mobil hybrid mengingat membutuhkan infrastruktur tambahan,' tegas Nangoi.

 

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Jika pengembangan kendaraan elektrifikasi langsung melompat ke mobil plug-in hybrid (PHEV) atau listrik, membutuhkan waktu yang panjang. Selain itu, saat ini sudah banyak APM yang sudah memasarkan mobil hybrid.

"Sejalan dengan penerapan kebijakan tersebut, biar nantinya konsumen yang menentukan produk mobil elektrifikasi yang akan mereka pilih," tegas Nangoi.

"Harus disiapkan infrastrukturnya, untuk mendukung kehadiran produk elektrifikasi. Ketika harga bahan bakar minyak sudah tinggi dan infratrsuktur memadai, masyarakat pasti akan beralih memakai produk tersebut," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya