Liputan6.com, Jakarta - Kata "aurat" dalam bahasa Arab secara harfiah berarti bagian tubuh yang harus ditutup atau dijaga dari pandangan orang lain.
Namun, sejatinya menjaga aurat bukan hanya tentang menutup bagian tubuh tertentu, tetapi juga mencakup nilai-nilai moral yang mengarah pada penghormatan diri, menjaga kehormatan, dan menjaga hubungan yang sesuai dengan syariat.
Islam sangat memerhatikan bagaimana seseorang menjaga aurat. Hal ini dapat dilihat dalam banyak dalil Al-Qur'an dan hadis yang menekankan pentingnya menutup aurat.
Advertisement
Baca Juga
Aurat dalam Islam berlaku berbeda bagi laki-laki dan perempuan, dengan batasan yang jelas tentang bagian tubuh mana yang harus ditutup.
Namun demikian, berbagai interpretasi mengenai batasan aurat ini seringkali menimbulkan kebingungan, terutama ketika menyangkut interaksi antara sesama wanita dengan wanita lainnya.
Saksikan Video Pilihan ini:
Batasan Aurat Wanita
Dilasir dari muslimahdaily.com, batasan aurat muslimah yang harus kita pahami terbagi menjadi empat menurut Imam Nawawi dalam kitab Nihayatuzein, yaitu :
1. Sesama mahram dan dikalangan muslimah boleh melihat tubuh wanita, kecuali bagian di antara pusar dan lutut namun juga harus melihat di tempat yang sepi seperti di rumah, kamar mandi, kamar pribadi. Tidak sedang di tempat umum atau bercampur yang bukan mahram dan wanita nonmuslim. Seperti yang dikatakan dari sebuah hadis:
Diriwayatkan dari Abu Salamah Radhiyallahu ‘Anhu: “Aku dan saudara ‘Aisyah datang kepada ‘Aisyah, lalu saudaranya itu bertanya kepadanya tentang mandi yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas ‘Aisyah meminta wadah yang berisi satu sha’ (air), kemudian ia mandi dan mengucurkan air di atas kepalanya. Sementara antara kami dan beliau ada tabir.” [Hadis shahih. Riwayat Bukhari (no. 251) dan Muslim (no. 320)]
Al-Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah berkata, “Yang nampak dari hadis tersebut adalah bahwa keduanya (yakni Abu Salamah dan saudara ‘Aisyah) melihat apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah pada kepala dan bagian atas tubuhnya, dimana itu adalah bagian yang boleh dilihat oleh seorang mahram, dan ‘Aisyah adalah bibinya Abu Salamah karena persusuan, sementara ‘Aisyah meletakkan tabir untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, karena bagian tersebut adalah bagian yang tidak boleh dilihat oleh mahram.” [Lihat Fat-hul Baari (I/465)]
Advertisement
Pentingnya Memerhatikan Situasi dan Kondisi
2. Menutupi seluruh badannya ketika bersama wanita nonmuslim
3. Seluruh badannya sampai kuku kaki harus tertutup ketika ada laki-laki yang bukan mahramnya.
4. Menutup seluruh badannya kecuali telapak tangan dan wajah ketika sholat
Jadi, harus dilihat dan diperhatikan yang paling penting situasi dan kondisi dimana dan dengan siapa muslimah itu berada. Jika berada bersama wanita sesama wanita muslim lainnya itu diperbolehkan kecuali bagian di antara pusar dan lutut. Namun jika berada sesama wanita nonmuslim tetap harus menutupi seluruhnya.
