Biaya Pengembangan Mobil Listrik Blits Mencapai Rp 3 Miliar, Baterai yang Paling Mahal

Mobil listrik dengan spesifikasi reli dakar garapan Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya dan Universitas Budi Luhur siap jelajah Indonesia. Mobil ramah lingkungan ini bakal menempuh perjalanan sejauh 15 ribu km, dari Sabang hingga Merauke.

oleh Arief Aszhari diperbarui 12 Nov 2018, 16:12 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2018, 16:12 WIB
baterai yang digunakan di mobil listrik Blits ini menggunakan merek LG buatan China
Baterai yang digunakan di mobil listrik Blits ini menggunakan merek LG buatan Cina (Arief/Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - Mobil listrik dengan spesifikasi reli dakar garapan Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya dan Universitas Budi Luhur siap jelajah Indonesia. Mobil ramah lingkungan ini bakal menempuh perjalanan sejauh 15 ribu km, dari Sabang hingga Merauke.

Dijelaskan Direktur PUI-SKO ITS, Muhammad Nur Yuniarto, untuk pengembangan mobil listrik Blits ini dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Sedangkan untuk investasinya, memang belum dihitung secara pasti, namun biaya pengembangan sudah menghabiskan dana sekitar Rp 2 sampai 3 miliar.

"Sekitar segitu, dan paling mahal memang untuk baterai karena biasanya baterai itu separuhnya (biaya)," jelas pria yang akrab diapa Nur ini di Universitas Budi Luhur, Ciledug, Tangerang, Senin (12/11/2018).

Lanjut Nur, untuk baterai yang digunakan di mobil listrik Blits ini menggunakan merek LG buatan Cina. Rangkaian baterainya tersebut, terdiri dari 2.800 cell dengan sistem pemasangan yang terdiri dari 92 seri, dan sisanya paralel.

"Kapasitas baterai sekitar 100 kWh, dan baterai ini energinya paling tinggi di pasaran. Untuk daya yang dihasilkan sekitar 350 volt, dan amperenya 200 mAh dengan jarak tempuh sekitar 300 km sekali pengisian," tegasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Untuk diketahui, riset mobil listrik Blits ini sendiri dilakukan bersama antara ITS dan UBL. Jantung penggerak dari sebuah mobil listrik, seperti motor listrik, transmisi, controller, ECU, dan baterai management dikerjakan bersama.

"Makanya, tantangan kita kemaren cukup berat. Jadi memang, kita sambil mengedukasi masyarakat terkait mobil listrik. Untuk yang masih impor sendiri, adalah baterai," pungkas Nur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya