Lebih dari 16 Juta Inflantor Airbag Takata Belum Diperbaiki, Kapan Selesainya?

Tahun ini, produsen mobil di Amerika Serikat telah memperbaiki lebih dari 7,2 juta mobil yang terkena recall airbag Takata

oleh Arief Aszhari diperbarui 26 Des 2018, 19:22 WIB
Diterbitkan 26 Des 2018, 19:22 WIB
Airbag Takata (Foto: Carscoop)
Airbag Takata (Foto: Carscoop)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini, produsen mobil di Amerika Serikat telah memperbaiki lebih dari 7,2 juta mobil yang terkena recall airbag Takata. Bahkan, jenama asal Negeri Paman Sam ini telah meningkatkan upaya pelacakan, karena masih banyak mobil yang butuh untuk diperbaiki.

Melansir Reuters, Rabu (26/12/2018), dari 37 juta kendaraan dengan 50 juta inflators yang di-recall, sebanyak 16,7 juta airbag yang belum diperbaiki. Sementara itu, dijelaskan Wakil Kepala Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional, Heidi King, tingkat perbaikan rata-rata naik 30 persen.

Sementara itu, setidaknya ada 23 kematian di seluruh dunia yang disebabkan oleh airbag yang rusak ini, termasuk sebanyak 15 kematian di Amerika Serikat. Masalah ini, kemudian memicu kampanye recall besar-besar, yang melibatkan 100 juta inflantor dari 19 porodusen mobil besar.

Bahkan, masalah ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat karena pembuat mobil akan menambah hampir 10 juta inflator tambahan pada Januari, seperti dilaporkan monitor John Buretta.

Untuk diketahui, tingkat perbaikan untuk Ford Rangers 2006 meningkat dari 6 persen dari Januari menjadi 82 persen pada Oktober 2018. Sementara recall Honda, meningkat 96 persen dari Januari hingga Oktober 2018.

Selanjutnya

Sebagai informasi, dengan masalah ini, Takata bahkan mengajukan kebangkrutan. Takata dikatakan sedang mempertimbangkan untuk mengajukan permohonan kebangkrutan di Jepang dan Amerika Serikat (AS), sebelum menggelar Rapat Umum Pemegang Saham, 27 Juni 2017 lalu.

Selain mengajukan kebangkrutan, Takata juga menjual perusahaan ke Key Safety System (KSS), juga perusahaan komponen keselamatan yang berbasis di Michigan, AS, tapi dimiliki perusahaan dari Tiongkok.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya