Liputan6.com, Jakarta - Selain kendaraan roda empat dan roda dua, tren elektrifikasi nyatanya juga menyasar segmen kendaraan niaga. Hal ini terlihat dari langkah Tata Motors, mereka kedapatan mendaftarkan paten desain bus listrik bertingkat.
Melansir informasi Team-BHP, jenama otomotif India ini menghadirkan model tersebut dengan mengambil basis dari sasis dua poros di mana panjang keseluruhannya bisa mencapai 9 meter.
Baca Juga
Dari desain yang dipatenkan tersebut, terlihat bus listrik bertingkat ini memiliki dua pintu masuk di bagian depan dan belakang berdimensi besar serta dibekali dengan jendela berdimensi besar.
Advertisement
Meski spesifikasi teknis masih belum tersedia, namun melansir informasi tersebut dijelaskan ada spekulasi bahwa powertrain listrik ini akan menggunakan rancang model yang sudah ada.
Bus listrik Tata Ultra ditenagai dengan paket baterai berkekuatan 124 kWh yang mampu menawarkan jarak tempuh hingga 150 kilometer saat baterai terisi penuh.
Adapun tenaga yang dihasilkan, disebutkan bahwa dari motor listrik tersebut mampu memproduksi tenaga sebesar 194 bhp dengan torsi puncak 1.145 Nm sehingga memungkinan bus listrik bertingkat ini memiliki kecepatan maksimum 75 km per jam.
Selain bus listrik bertingkat tersebut, brand ini juga menawarkan model lain di mana bus listrik berukuran 12 meter akan menjadi pelengkap bagi perusahaan untuk mengisi celah di segmen kendaraan niaga.
Model tersebut nantinya akan dibekali dengan baterai berkapasitas 250 kWh yang akan menawarkan jarak tempuh hingga 200 kilometer dalam sekali pengisian daya.
Pemerintah Siapkan Skema Sewa Baterai, Biaya Konversi Motor Listrik Dipangkas Jadi Rp 2 Jutaan
Salah satu upaya untuk terus mendorong peralihan penggunaan kendaraan elektrifikasi di Indonesia, adalah terus mendukung program konversi sepeda motor listrik. Bahkan, pemerintah juga sudah memberikan insentif, bagi masyarakat yang hendak mengubah roda dua konvensionalnya (bensin) menjadi tenaga baterai (listrik).
Namun, biaya terkait konversi motor listrik ini masih dianggap mahal. Sehingga, antusias atau ketertarikan masyarakat terkait program ini masih minim. Terbaru, pemerintah menyiapkan terobosan kebijakan baru dengan menawarkan konsep sewa baterai yang mampu memangkas biaya konservasi.
Nantinya, skema sewa baterai ini akan memotong biaya konversi hingga Rp8 juta. Dengan adanya program bantuan Pemerintah sebelumnya sebesar Rp7 juta, sehingga diperkirakan masyarakat cukup membayar kurang lebih Rp2 juta untuk mengonversi motor BBM ke motor listrik.
Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE), Senda Hurmuzan Kanam, menyampaikan bahwa skema sewa baterai ini telah berjalan di Bali.
"Dari Rp 15 juta biaya konversi itu Rp 7 juta sudah dapat bantuan pemerintah, sisanya yang Rp8 juta itu kan komponen terbesarnya itu adalah baterai, sekitar Rp7 juta sampai Rp8 juta," ujarnya, disitat dari laman resmi Kementerian ESDM, Senin (31/7/2023).
Dengan ada fasilitas baterai swap atau penukaran baterai, sambung Senda, masyarakat tidak perlu bayar sampai Rp 8 juta lagi.
"Mungkin satu sampai dua juta saja selisihnya karena baterainya sudah disediakan melalui swap oleh bengkel yang bekerja sama dengan operator swap baterai," tambah Senda.
Advertisement