Diduga Ada Konspirasi Politik untuk Gagalkan Pilkada Surabaya

"Ini kan ada upaya, ya ini masih dugaan ya, ada upaya-upaya tersistematik untuk menggagalkan Bu Risma kembali menjadi walikota di Surabaya."

oleh Dian Kurniawan diperbarui 07 Sep 2015, 08:43 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 08:43 WIB
Pilkada Terancam Batal, Unjuk Rasa di Depan KPU Surabaya Ricuh
Massa menuntut komisioner KPU Kota Surabaya mundur, karena menggugurkan satu pasang calon.

Liputan6.com, Surabaya - Pilkada serentak tinggal beberapa bulan lagi. Namun di Surabaya, Jawa Timur, belum juga muncul pasangan calon lain yang akan bertarung melawan incumbent, Tri Rismaharini atau Risma. Kondisi ini pun menimbulkan spekulasi. Diduga ada konspirasi politik untuk menggagalkan pilkada serentak di Kota Pahlawan.

Ketua Umum DPN Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Masinton Pasaribu mengatakan, ada tiga peristiwa yang memperkuat dugaan adanya konspirasi di tingkat elit politik, yang ikut campur tangan dalam pilkada Surabaya.

"Kalau teman-teman media mungkin sudah lengkap datanya dan pasti tahu benar kondisinya. Aroma politiknya sangat kental. Pilkada Surabaya ini memang sangat unik," kata Masinton, Minggu 6 September 2015.

Masinton menambahkan, sejak awal banyak partai politik yang tidak ingin mendorong calonnya maju untuk bersaing dengan pasangan Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana.

"Kemudian ada yang daftar, kemudian salah satu calon dari pasangan calon menghilang, selanjutnya ada yang daftar tapi tidak lolos. Kemudian ada lagi pasangan baru yang akan didaftarkan," imbuh Masinton.

Masinton menjelaskan, calon menghilang yang dimaksud adalah Haries Purwoko, yang sempat mendampingi Dhimam Abror untuk mendaftar pada tanggal 3 Agustus lalu. ‎Haries Purwoko yang direkomendasi Partai Demokrat, menghilang setelah izin ke toilet. Pasangan Abror-Hariespun batal mendaftar.

Selanjutnya, Demokrat dan PAN mengusung Rasiyo-Abror dan mendaftar pada 11 Agustus. Namun, pada ‎30 Agustus lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya mengumumkan berkas Abror tidak memenuhi syarat (TMS). Alasannya, rekomendasi dari PAN untuk Abror tidak identik antara yang hilang dengan yang diperbarui, dan Abror dinyatakan tidak pernah memenuhi kewajiban pajaknya. Pasangan Rasiyo-Abrorpun gagal maju.

"Ini kan ada upaya, ya ini masih dugaan ya, ada upaya-upaya tersistematik untuk menggagalkan Bu Risma kembali menjadi walikota di Surabaya, yang sudah menjadi pilihan rakyat," jelas Masinton.

"Sistematisnya gimana? Sejak awal tidak ada yang mendaftar, kemudian ada yang mendaftar tapi calonnya hilang, ada yang mendaftar tapi tidak lengkap, rekomnya hilang, kemudian ada yang akan daftar baru lagi. Ada upaya sistematis di sini untuk menggagalkan Bu Risma kembali memimpin," pungkas Masinton. (Sun/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya