Hujan Sambut Kehadiran Megawati dan Ahok di Makam Bung Karno

Megawati mengajak Ahok, Djarot, dan Rano Karno untuk melihat situasi di Makam Bung Karno.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Okt 2016, 15:16 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2016, 15:16 WIB
Megawati dan para calon kepala daerah di makam Bung Karno
Megawati dan para calon kepala daerah di makam Bung Karno (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Blitar - Calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bertolak ke Blitar, Jawa Timur. Mereka semua mengunjungi dan ziarah ke makam Bung Karno.

Sekitar pukul 13.20 WIB, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama rombongan DPP dan para pasangan bakal calon menyekar di makam Bung Karno. Kehadiran Mega dan Ahok mendapat sambutan warga. Hujan juga mengiringi kedatangan mereka.

"Ibu Mega, Ibu Mega. Pak Ahok, Pak Ahok, sini pak," teriak para warga yang sudah menunggu, di Blitar, Jawa Timur, Senin (10/10/2016).

Tak lama, Megawati pun duduk di depan makam ayahandanya, Presiden pertama RI Sukarno, diikuti para calon gubernur dan calon wakil gubernur yang diusung PDIP. Mereka berdoa dan sempat menabur bunga. Hujan pun langsung turun.

Megawati mengajak Ahok, Djarot, dan Rano Karno untuk melihat situasi di Makam Bung Karno. Selain itu, mereka sempat melihat ukiran yang menghiasi pendopo.

Megawati pun memilih duduk di depan makam Bung Karno, sembari membacakan doa ditemani istri Djarot, Happy Farida. Dalam kesempatan itu, Ahok mengatakan, saat Indonesia baru pertama kali merasakan kemerdekaan, kondisi bangsa sedang tidak menentu. Seolah-olah orang beragama tidak boleh ikut dan taat Pancasila sebagai ideologi.

"Padahal Bung Karno melahirkan ini, Bung Karno orang yang sangat beriman, yang mengerti sekali kalau Islam itu, Habluminallah Habluminannas, ketuhanan yang maha esa dan keadilan sosial. Sama dengan Kristen sama, kamu mengasihi Tuhan dalam hatimu, harus mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Ini konsep yang begitu mendalam," tutur Ahok.

Dia juga mengatakan, Bung Karno bisa merumuskan nasionalisme yang luar biasa yaitu Pancasila yang bertuhan.

"Kita ini bukan ultra-nasionalis atau ultra-sosialis, tapi Pancasilais. Makanya, ini enggak mudah. Semua orang bisa bisa jadi Presiden, tapi jadi pendiri, proklamator enggak bisa. Ini sudah ditentuin. Jadi ada Tuhan yang sudah nentuin," pungkas Ahok.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya