Teladani Ulama Nusantara, Djarot Akui Perjuangkan Politik Islam

Bagi Djarot, politik Islam merupakan hal berbeda dengan Islam yang dijadikan sebagai alat politik.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Apr 2017, 11:59 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2017, 11:59 WIB
Bagi Djarot, politik Islam merupakan hal berbeda dengan Islam yang dijadikan sebagai alat politik.
Bagi Djarot, politik Islam merupakan hal berbeda dengan Islam yang dijadikan sebagai alat politik.

Liputan6.com, Jakarta Calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua Djarot Saiful Hidayat menyatakan, dalam hal pandangan keagamaan, ia lebih setuju dengan pendapat dari para ulama-ulama nusantara.

Pernyataan tersebut, disampaikan Djarot saat dirinya dimintai pendapat terkait pernyataan ulama DR Zakir Naik yang menyatakan pandangan yang ingin memisahkan antara agama dan politik bertentangan dengan Islam. Islam dan politik dianggap DR Zakir Naik, merupakan bagian yang tak terpisahkan.

Mantan Walikota Blitar tersebut menyatakan, Indonesia adalah negara yang sudah dianugerahkan Tuhan dengan keanekaragamannya. Indonesia, kata dia, juga mengusung slogan Bhinneka Tunggal Ika. Meski memiliki pandangan yang berbeda dengan DR Zakir Naik, namun Djarot berujar dirinya tidak mempermasalahkan pendapat dari Zakir.

"Enggak apa-apa bilang gitu," ujar Djarot.

Namun, Djarot menegaskan pandangan ulama Nusantara dianggapnya lebih cocok dengan kondisi di Indonesia yang heterogen. "Zakir Naik kan ulama dari India. Kami lebih cocok dengan ulama dari Nusantara. Lebih cocok dengan dakwah yang disampaikan oleh para wali songo. Bahwa Indonesia diciptakan Tuhan sebagai negara heterogen," ucap Djarot saat ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Djarot menjelaskan, saat ini ia dan Ahok justru sedang memperjuangkan politik Islam, yakni politik yang mewajibkan manusia untuk berbuat kebaikan bagi sesama.

“Yang kita perjuangkan itu politik Islam. Apa itu politik Islam, politik Islam adalah kita semua diwajibkan melakukan amal maruf nahi munkar. Kita dituntut bisa memberikan rahmat bagi seluruh sekalian alam. Kita harus berjuang untuk berjihad berjuang sungguh-sungguh melawan kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan," ujar Djarot.

Bagi Djarot, politik Islam merupakan hal berbeda dengan Islam yang dijadikan sebagai alat politik.

"Politik Islam seperti Rasulullah membangun Madinah dengan Piagam Madinah. Membangun masyarakat yang beradab, masyarakat yang hormat menghormati. Jadi kami lebih cocok dengan ajaran para wali songo," kata Djarot.

Secara pribadi, Basuki dan Djarot adalah sosok yang konsisten membangun silaturrahim dengan tokoh dan ulama nusantara di Indonesia. Ia kerap meminta saran kepada para tokoh dan ulama nusantara dalam rangka membuat kebijakan-kebijakannya sebagai pejabat publik. Dan tak pernah merangkul kelompok radikalis-fundamentalis, karena mereka tahu Islam yang benar adalah yang bisa menampilkan kedamaian," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum), Gus Sholeh mengungkapkan, bahwa Ahok-Djarot merupakan dua sosok yang kerap menjaga silahturahim dengan tokoh dan ulama nusantara.

"Secara pribadi, mereka konsisten membangun silaturrahim dengan tokoh dan ulama nusantara di Indonesia. Ia kerap meminta saran kepada para tokoh dan ulama nusantara dalam rangka membuat kebijakan-kebijakannya sebagai pejabat publik. Dan tak pernah merangkul kelompok radikalis-fundamentalis, karena mereka tahu Islam yang benar adalah
yang bisa menampilkan kedamaian," ujarnya.

(*)

    POPULER

    Berita Terkini Selengkapnya