Suara WNI di Eropa untuk Jokowi-Ma'ruf Amin

Salah satu prestasi Jokowi yang dianggap berbeda dengan pendahulunya dan membuat rekan-rekannya di Eropa terkesan, adalah pengembangan tenaga surya

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 05 Mar 2019, 08:37 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2019, 08:37 WIB
Joko Widodo
Calon Presiden nomor 01 Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan saat menghadiri acara silaturahmi dengan relawan dan Tim Kampanye Daerah di Gorontalo, Kamis (28/2). (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Jakarta - Para relawan dari 22 negara di Eropa menghadiri deklarasi dukungan untuk calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo atau Jokowi -Ma’ruf Amin di Den Haag, Belanda, Minggu 3 Maret 2019 kemarin. Rencananya, deklarasi akan dilanjutkan di Hamburg dan Berlin, Jerman; Paris, Prancis; Genewa, Swiss, dan Oslo, Norwegia.

Menurut Koordinator Relawan dan Komunitas Indonesia Pendukung Jokowi di Eropa, Sinta Dewi, warga Negara Indonesia yang tinggal di Eropa terkesan dengan kinerja Jokowi di lima tahun terakhir kepemimpinnya.

"Kami merasa bangga punya Presiden Jokowi. Baru pertama kali ini negara hadir. Kalau di Eropa beliau (Jokowi) bukan hanya dihormati oleh warga Indonesia tetapi oleh pemerintahan di negara-negara tempat kami tinggal, beliau itu juga dihargai dan dihormati," kata Sinta dalam keterangannya, Selasa (5/3/2019).

Salah satu prestasi Jokowi yang dianggap berbeda dengan pendahulunya dan membuat rekan-rekannya di Eropa terkesan, adalah pengembangan tenaga surya untuk mengganti penggunaan energi fosil. Tak hanya itu, jaminan kesehatan dan pendidikan juga cukup dirasakan masyarakat yang tinggal di Eropa.

"Kami juga sangat suka kalau Pak Jokowi memimpin kembali dan melihat kebijakan dan profilnya presiden yang toleran, presiden yang seperti yang kami harapkan dalam kepemimpinan," ungkap Sinta.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Capaian Nawacita 1

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanen dalam acara panen raya jagung di Desa Botuwombato, Kabupaten Gorontalo Utara, Jumat (1/3). Pada kesempatan itu, Jokowi menyempatkan diri untuk berdialog dengan beberapa petani jagung. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Sementara, Ketua Cakra 19 Andi Widjajanto, mengatakan latar belakang dukungan yang diberikan WNI di Eropa adalah capaian nawacita Jokowi di periode pertama. Lebih dari itu, janji-janji Jokowi di nawacita jilid 2 juga menimbulkan rasa optimisme tinggi di hati para diaspora Indonesia di Eropa.

"Mereka juga memberikan masukan-masukan untuk nawacita ke 2. Terutama untuk kepentingan mereka sebagai WNI yang tinggal di eropa. Itu diserahkan ke Pak Marsetyo. Pada dasarnya Mereka melihat Indonesia selama masa pak Jokowi, berubah drastis," ungkap Andi.

WNI di Eropa, masih kata dia, juga mengkhawatirkan maraknya hoax di Tanah Air.

"Mereka melihat bagaimana politik ultranasionalis Eropa itu juga menggunakan strategi yang sama seperti kejadian di Brexit misalnya, atau sekarang ada gelombang protes rasialis di perancis. Jadi Mereka benar-benar meminta agar mitigasi hoax itu dilakukan secara serius dan tim 01 tidak ikut dengan genderang hoax itu. Lebih fokus untuk mengangkat prestasi dan apa yang Pak Jokowi janjikan ke depan," beber Andi.

Dia menjelaskan, deklarasi di Den Haag hanya titik awal. Deklarasi berikutnya akan digekar di Hamburg dan Berlin, Jerman. Deklarasi serupa juga bakal digelar di Paris, Prancis, Genewa Swiss dan Oslo, Norwegia. Deklarasi-deklarasi itu akan berlanjut sampai 13 April, pemungutan suara di luar negeri.

"Akan ada juga konsolidasi lagi, terutama untuk menyuarakan ayo memilih jangan golput dan tentunya mengarah ke 01 dukungannya, tapi gerakannya dimulai berderet-deret di kota kota terutama di Eropa," kata Andi.

Targetnya, masih kata dia, Jokowi-Ma’ruf menang tebal di Eropa. Selain itu, konsolidasi demokrasi bisa lebih mantap dilakukan dan Jokowi diharapkan lebih kuat menjalankan programnya.

"Mereka juga meminta jaga betul Pilpres 2019 supaya benar benar menguatkan konsolidasi demokrasi kita, menguatkan paham kebangsaan kita NKRI sehingga tidak terjadi seperti di negara negara Eropa. Tiba-tiba ada kelompok kelompok politik yang masuk lewat proses demokrasi tapi menggunakan cara-cara nondemokratis, berusaha membongkar fondasi-fondasi negara itu yang mereka tidak inginkan," pungkasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya