Seperti Apa Pandangan Gibran dan Bagyo Terkait Citra Kota Solo?

Bagi Gibran hal terpenting dalam menciptakan branding sebuah kota adalah implementasi, bukan tagline yang diusung. Sementara bagi Bagyo, branding Solo sebagai kota budaya kurang kuat.

diperbarui 18 Nov 2020, 18:02 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 15:22 WIB
Gibran Rakabuming Raka
Bakal calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka (kiri) memberikan keterangan saat penyerahan surat rekomendasi dari PAN di Jakarta, Rabu (12/8/2020). PAN telah resmi memberikan dukungannya kepada Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa pada Pilkada Solo 2020. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Jakarta Seperti apa pandangan calon wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Bagyo Wahyono tentang citra Kota Solo?

Bagi Gibran hal terpenting dalam menciptakan branding sebuah kota adalah implementasi, bukan tagline yang diusung.

Gibran mengatakan tagline Solo the Spirit of Java masih relevan dipakai sebagai branding Kota Bengawan beberapa tahun ke depan. Dia menekankan pentingnya konsistensi dalam strategi branding. Dimulai dari pemilihan logo hingga warna yang dipakai.

 "Solo ini kan kota yang berusia 275 tahun. Kota yang punya sejarah panjang, kota yang njawani, meninggikan nilai-nilai luhur budaya Jawa. Jadi menurut saya Solo the Spirit of Java itu masih relevan dipakai. Orang kalau ke Solo yang dicari pasti budayanya," jelas Gibran dalam diskusi bersama Perhumas Solo di The Sunan Hotel, Kamis, 12 November 2020. 

Gibran menambahkan filosofi Solo the Spirit of Java harus dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Hal tersebut sangat penting untuk membentuk karakter serta menguatkan branding Solo sebagai kota yang kental dengan nuansa budaya Jawa.

Sementara bagi Bagyo, branding Solo sebagai kota budaya kurang kuat. Menurutnya destinasi wisata di Kota Solo yang dikenal sebagai kota budaya kurang menarik.

"Kalau melihat Solo kalau mau jujur, itu seperti Jogja semalam. Artinya orang ke Solo ya cuma semalam langsung pulang. Kita harus jujur, soalnya di sini bisa dibilang fakir wisata. Padahal banyak potensi yang bisa dikembangkan," ungkap Bagyo. 

Menanggapi gagasan Gibran dan Bagyo Wahyono, Ketua Perhumas Solo, Andre Rahmanto, mengatakan branding adalah hal penting yang menjadi payung pada semua kegiatan yang dilakukan wali kota selama lima tahun ke depan.

"Kalau nanti Solo the Spirit of Java masih dipakai, maka PR-nya membuat tagline-nya lebih bermakna lagi. Sehingga ketika orang datang ke Kota Solo dari sudut mana pun langsung melihat identitas Solo the Spirit of Java itu," jelasnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Musik Gamelan Diputar di Berbagai Hotel

Selain logo, implementasi tagline Solo the Spirit of Java dalam bentuk lain perlu dilakukan. Seperti gagasan Bagyo Wahyono yang mengusulkan musik gamelan diputar di berbagai hotel di Kota Solo.

Selain implementasi tagline, hal yang tak kalah penting dalam branding adalah substansi atau isi yang diangkat.

Dosen Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Herning Suryo yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan, substansi dari sesuatu yang diberi label itulah yang menjadi bagian terpenting dalam branding.

"Siapapun yang nanti mengelola Kota Solo harus mengambil keputusan yang bernuansa demokrasi, yaitu harmonisasi, keseimbangan, keserasian, dan keadilan," ungkapnya. 

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya